KKN Kelompok 6 Kec. Pangkalan Susu, Desa Paya Tampak melaporkan
Mutiara Rosna, MahasiswiSeorang guru ngaji bernama ibu Jami'ah yang akrab dipanggil dengan sebutan Opung. Bertempat tinggal di kabupaten langkat kecamatan pangkalan susu, tepatnya di desa paya tampak dusun IV. Ibu Jami'ah bersama suaminya telah menjalani profesi sebagai guru ngaji selama >20 tahun. Pengajian ini rutin dilakukan setiap malamnya kecuali malam jum'at, yang dilakukan  ba'da maghrib hingga isya di rumah ibu jami'ah. Santri yang ada dalam pengajian tersebut mencapai 30 santri jika tidak berhalangan hadir.
Pada hari Ahad tanggal 26 Januari 2025 di sore hari, mahasiswa/i kkn kelompok 6 yang berasal dari IAIN Kota Langsa mengunjungi ibu jami'ah untuk bersilaturahmi. Penyambutan yang hangat menciptakan suasana nyaman dalam pembicaraan seputar profesi beliau. Tujuan pengunjungan ini untuk menyambung silaturahmi dan menambah wawasan kami terkait keadaan balai pengajian beliau.
Setelah berbincang, beliau mengizinkan kami untuk berkunjung kembali ke balai pengajiannya pada malam hari. Perwakilan yang diutus dari mahasiswa/i kkn kelompok 6 ini dijadwalkan untuk setiap malamnya sejumlah 3-4 orang. Hal ini menjadi salah satu program kerja kelompok kami guna menerapkan ilmu yang telah kami pelajari selama perkuliahan. Program kerja ini juga dilakukan untuk mengamati bagaimana kefashihan anak-anak di dusun IV desa paya tampak pangkalan susu ini dalam membaca Al-Qur'an dan Iqra'.
Balai pengajian ini tidak hanya menjadi wadah bagi anak-anak sekitar dalam mempelajari Al-Qur'an, tetapi juga menjadi wadah bagi ibu-ibu yang ingin belajar kembali bagaimana cara membaca Al-Qur'an yang baik dan benar. Adapun sistem pengajaran yang beliau lakukan adalah talaqqi, yaitu belajar secara langsung dengan target bacaan satu halaman. Di balai pengajian ini, hanya belajar membaca Iqra' dan Al-Qur'an.
Belajar Al-Qur'an adalah kewajiban umat Islam, tetapi kurangnya kesadaran kita dalam melakukannya menjadi hambatan besar. Masa 15 tahun silam dan sekarang jauh berbeda mulai dari suasana, hingga perkembangan zaman yang semakin meningkat. Banyaknya balai pengajian telah menjadi sarana termudah untuk memperbaiki bacaan dan memperdalam ilmu Al-Qur'an. Hal ini tidak dapat menjadi alasan untuk remaja yang belum bisa membaca Al-Qur'an di masa sekarang.
Mendirikan balai pengajian dan menjalankan segala program kerjanya tidaklah mudah, pastinya memiliki banyak hambatan yang akan menjadi bagian kekurangan di suatu lembaga. Banyaknya kekurangan dan kelebihan dalam proses belajar-mengajar menjadi pembelajaran bagi seorang guru ngaji. Terkadang guru tidak dapat mengawasi peserta didiknya selama 24 jam, itulah yang menarik peran orang tua untuk berkontribusi dalam meningkatkan perkembangan peserta didik. Orangtua mengantarkan anaknya kepada seorang guru untuk belajar Al-Qur'an, tetapi tidak dapat menyerahkan seutuhnya tanggung jawab tersebut kepada guru. Dalam hal ini, peran orangtua sangat mempengaruhi perkembangan peserta didik dalam proses belajar-mengajar. Setidaknya mengulang pelajaran yang telah dipelajari di balai pengajian atau lembaga lainnya.
Metode pengajaran Al-Qur'an yang diterapkan di balai-balai pengajian telah mengalami kemajuan. Selain metode membaca yang telah lama diterapkan, kini telah hadir metode baru yang diterapkan di masa sekarang, yaitu dengan metode murottal dan talqin. Metode ini biasanya diterapkan untuk balai pengajian yang memiliki program tahfidz. Sedangkan pengajian masa silam hanya menerapkan metode membaca Al-Qur'an, metode inilah yang di terapkan oleh ibu Jami'ah dalam pengajiannya.
Terbentuknya balai pengajian ini memiliki latarbelakang yang mengesankan. Keinginan beliau untuk mengajarkan anaknya sendiri dalam belajar Al-Qur'an menjadi motivasi beliau yang berjalan hingga saat ini. Awalnya beliau tidak menyangka akan menjadi seorang guru ngaji dengan pengalaman yang minim.
Sedikit perbincangan antara penulis dengan ibu jami'ah terkait balai pengajian tersebut, beliau mengatakan " Sebenarnya saya tidak ada niat ingin membuka balai pengajian. Saya bilang sama suami, nanti saya ingin mengajarkan anak saya sendiri untuk belajar Al-Qur'an meskipun saya bukan seorang qori dan hal itu terjadi, hingga warga sekitar meminta saya untuk mengajarkan anak mereka. Setelah saya mendiskusikan hal tersebut, suami saya menyetujuinya dan ikut berpartisipasi dalam usulan ini. Awalnya hanya sedikit yang datang mengaji, perlahan meningkat dan bertahan hingga sekarang. Kegiatan mengaji ini memberikan banyak pelajaran untuk saya dan suami." Â Ternyata kisah terbentuknya balai pengajian yang ibu Jami'ah lakukan termotivasi dari pengalaman pribadi beliau, yang awalnya dilakukan untuk anak sendiri hingga menjadi guru ngaji di dusun sendiri.
Penulis terkesan dengan cerita yang beliau sharing, hal ini lah menjadi penyebab ketertarikan penulis terhadap topik ini. Setelah melakukan pengajaran di balai pengajian ibu jami'ah, penulis merasakan bagaimana suasana di masa 15 tahun silam. Hal yang sama penulis lakukan ketika belajar Al-Qur'an di tempat tinggal penulis. Suasana tersebut telah jarang dijumpai kembali untuk masa sekarang. Penulis mengamati  perbedaan suasana pengajian masa sekarang dengan dulu tampak begitu jelas. Momen inilah yang sangat dirindukan ketika telah berlalu. Besar harapan penulis untuk generasi Qurani di masa yang akan datang, semoga tidak terhanyut dengan arus perkembangan zaman yang semakin mengkhawatirkan. Semoga seluruh guru ngaji dimanapun keberadaannya Allah SWT lindungi dan Allah SWT berikan kesehatan agar dapat berkontribusi dalam membentuk generasi Qur'ani.