Mohon tunggu...
Mutiara Rosna
Mutiara Rosna Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Implementasi Metode Pembelajaran yang Terdapat pada Kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidir as dalam QS. al-Kahfi Ayat 60-82 di Masa Sekarang

31 Oktober 2024   20:00 Diperbarui: 31 Oktober 2024   20:03 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Metode sangat penting dalam pendidikan, bahkan lebih dari materi yang diajarkan. Tanpa metode yang tepat, proses belajar bisa dianggap tidak efektif. Metode adalah komponen kedua yang paling penting dalam proses pembelajaran setelah tujuan, yang mencakup tujuan, metode, materi, media, dan evaluasi. Metode sebagai alat yang digunakan dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan dari suatu pembelajaran.

Kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidir as dalam Al-Qur'an, yang diceritakan dalam Surah Al-Kahfi (ayat 60-82), memiliki relevansi yang mendalam terhadap metode pembelajaran. Dalam kisah ini, terdapat pelajaran penting tentang bagaimana proses pembelajaran seharusnya terjadi, terutama terkait dengan sikap guru dan murid, serta cara memahami hikmah di balik setiap peristiwa.

Bagian pertama yang mengisahkan perjalan Nabi Musa as untuk berguru terangkum dalam QS. Al-Kahfi (18) ayat 60-64. Kisah ini bermula pada hadis yang dirawikan oleh Bukhari diterima dari Sa'id bin Jubair, dia menerima dari lbnu Abbas dengan sanadnya, bahwa pada suatu hari ketika Nabi Musa as sedang berpidato, lalu beliau ditanya: "siapakah manusia yang paling pandai?" Nabi Musa menjawab: "Aku". Perkataan beliau yang sudah terlanjur terucap merupakan suatu kekhilafan, sehingga mendapat teguran dari Allah. Allah berfirman kepadanya, bahwa bukanlah dia yang paling pandai di zaman itu. Ada lagi orang yang lebih pandai dan lebih alim dari dia. Orang itu berdiam di satu tempat, "Pergilah engkau menemui dia!". Lalu Nabi Musa bertanya: "Ya Tuhanku, bagaimana caranya aku dapat menemui orang itu?" Maka Allah memperintahkan beliau untuk berangkat ke suatu tempat pertemuan dua laut itu dengan membawa bekal, dikarenakan perjalanan yang jauh.

Tetapi selama proses bergurunya, nabi musa tidak bisa mengikuti peraturan yang telah disepakati pada awal pertemuan. Dalam kisah ini, terdapat tiga peristiwa yang menjadi materi pembelajaran Nabi Musa as. Berikut peristiwa yang terjadi selama proses berguru : Pertama berawal dari kisah pelubangan perahu, sebagaimana diketahui bahwa perahu yang dimaksud merupakan milik sekelompok orang miskin yang mencari sumber kehidupan di laut. Perahu itu ditenggelamkan untuk di selamatkannya dari perbuatan raja dzholim yang ada didepan mereka, yang akan merampas setiap perahu. Peristiwa ini tertulis dalam surah Al-Kahfi (18): 71-73.

Kedua Pembunuhan anak sebagaiman yang digambarkan pada surah al-Kahfi ayat 74, yang dimaksud dengan , dalam tafsirnya al-Razi adalah seorang anak kecil yang hampir baligh (mumayyiz) yang tabi'at anak tersebut akan menghasilkan sebuah kerusakan, padahal kedua orang tuanya adalah orang yang beriman. Oleh sebab itu, Allah membolehkan untuk membunuhnya.

Ketiga Penegakan dinding pada ayat 77, Sebagaimana yang dijelaskan oleh al-Razi bahwa dalam suatu kota yang mana ada sebuah dinding hampir roboh dan di bawah dinding itu terdapat harta simpanan anak yatim, maka oleh sebab itu Allah menginginkan harta simpanan itu tetap ada dan atas perintahku untuk menegakkan dinding itu, karena demi menjaga hak kebaikan kedua orang tuanya. 

Dari beberapa peristiwa di atas, terdapat metode pembelajaran yang bisa di terapkan untuk masa sekarang, antara lain adalah:

1. Learning by Journey (Perjalanan untuk Belajar)

Metode ini dalam islam dikenal dengan rihlah. Dalam kisah tersebut rihlah yang dimaksud adalah rihlahnya orang alim yang berupaya untuk menambah ilmu dengan menemui orang-orang yang mulia seperti ulama, meskipun lokasi mereka terletak sangat jauh. Pada mrtode ini terbagi kedalam beberapa pengelompokkan, yaitu:

*Studi Ekskursi dan Wisata Edukasi:

Mirip dengan perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Musa as untuk mencari ilmu, konsep ini bisa diterapkan melalui kegiatan studi ekskursi, field trip, atau wisata edukasi. Misalnya, siswa diajak mengunjungi tempat-tempat bersejarah, laboratorium, atau situs alam untuk mempelajari langsung dari lingkungan.

*Belajar di Luar Kelas (Outdoor Learning): 

Kegiatan pembelajaran tidak selalu harus di dalam kelas. Belajar di luar ruangan dapat membantu siswa memperoleh pengalaman langsung dan membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan dan mendalam.

2. Mentorship dan Pembelajaran Langsung (Talaqqi)

*Program Mentorship di Sekolah dan Universitas:

Menciptakan program bimbingan antara siswa yang lebih muda dengan siswa yang lebih senior, atau antara dosen dengan mahasiswa, adalah cara modern untuk menerapkan konsep pembimbingan langsung seperti yang dialami Nabi Musa as dengan Nabi Khidir as. Hal ini memungkinkan transfer pengetahuan dan pengalaman secara langsung.

*Pembinaan Karir: 

Di dunia kerja, mentorship juga bisa diterapkan melalui program bimbingan karir, di mana karyawan yang lebih berpengalaman membimbing yang baru. Hal ini membantu mereka memahami praktik terbaik dalam profesi mereka.

3. Learning through Observation (Belajar Melalui Pengamatan)

*Studi Kasus dan Observasi: 

Metode ini dapat diterapkan dalam proses pembelajaran dengan memberikan studi kasus kepada siswa, sehingga mereka dapat mengamati masalah atau situasi tertentu sebelum membuat analisis atau solusi. Pengamatan ini membantu mereka belajar dari kejadian nyata.

*Magang atau Praktik Kerja: 

Dalam dunia kerja, magang atau praktik kerja memberi kesempatan kepada siswa atau mahasiswa untuk mengamati secara langsung bagaimana teori yang mereka pelajari diterapkan dalam praktik. Ini memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang suatu profesi atau bidang.

4. Learning through Questions and Discussions (Belajar Melalui Pertanyaan dan Diskusi)

*Diskusi Kelas dan Sesi Tanya Jawab: 

Guru atau dosen dapat mendorong siswa untuk aktif bertanya dan berdiskusi tentang topik yang sedang dipelajari. Ini membantu siswa untuk berpikir kritis dan memahami materi lebih dalam. Dalam proses ini, guru berperan memberikan penjelasan secara bertahap seperti yang dilakukan oleh Nabi Khidir as. Kemudian, siswa mempertanyakan setiap pembelajaran yang diberikan oleh guru seperti kisah nabi Musa as yang mempertanyakan setiap tindakan yang dilakukan nabi Khidir as.

*Metode Socratic: 

Ini adalah metode yang mendorong siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu agar mereka dapat mengembangkan argumen dan pemahaman mereka sendiri. Proses ini bisa diadopsi dari cara Nabi Musa as yang bertanya dan kemudian mendapatkan penjelasan yang lebih dalam dari Nabi Khidir as.

5. Accepting the Wisdom behind Actions (Menerima Hikmah Tersembunyi)

*Pendidikan Karakter: 

Salah satu nilai yang dapat diajarkan di sekolah adalah mengajarkan siswa untuk menerima bahwa tidak semua hal dapat langsung dipahami. Mereka diajarkan untuk bersabar dan mencari hikmah dari setiap kesulitan atau pengalaman yang dihadapi.

*Pembinaan Spiritual: 

Dalam kajian keagamaan atau bimbingan spiritual, kisah ini dapat digunakan untuk mengajarkan umat tentang pentingnya berserah diri kepada ketentuan Allah, dan memahami bahwa di balik setiap ujian atau cobaan pasti ada hikmah yang mungkin belum dapat dipahami saat itu juga.

6. Learning by Experience (Belajar dari Pengalaman)

*Proyek Berbasis Pengalaman (Experiential Learning): 

Seperti halnya Nabi Musa as yang belajar melalui pengalaman bersama Nabi Khidir as, metode ini mendorong siswa untuk terlibat dalam proyek atau kegiatan yang memberikan pengalaman langsung. Misalnya, proyek sosial di masyarakat atau simulasi bisnis.

*Pembelajaran Melalui Kesalahan: 

Sama seperti Nabi Musa as yang beberapa kali ditegur oleh Nabi Khidir as karena ketidaksabarannya, siswa atau peserta didik di zaman sekarang dapat belajar dari kesalahan yang mereka lakukan. Guru atau mentor sebaiknya memberikan kesempatan bagi mereka untuk memperbaiki dan memahami apa yang salah, mungkin dari kesempatan yang diberikan peserta didik dapat lebih teliti dalam mengerjakan tugas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun