Metode sangat penting dalam pendidikan, bahkan lebih dari materi yang diajarkan. Tanpa metode yang tepat, proses belajar bisa dianggap tidak efektif. Metode adalah komponen kedua yang paling penting dalam proses pembelajaran setelah tujuan, yang mencakup tujuan, metode, materi, media, dan evaluasi. Metode sebagai alat yang digunakan dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan dari suatu pembelajaran.
Kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidir as dalam Al-Qur'an, yang diceritakan dalam Surah Al-Kahfi (ayat 60-82), memiliki relevansi yang mendalam terhadap metode pembelajaran. Dalam kisah ini, terdapat pelajaran penting tentang bagaimana proses pembelajaran seharusnya terjadi, terutama terkait dengan sikap guru dan murid, serta cara memahami hikmah di balik setiap peristiwa.
Bagian pertama yang mengisahkan perjalan Nabi Musa as untuk berguru terangkum dalam QS. Al-Kahfi (18) ayat 60-64. Kisah ini bermula pada hadis yang dirawikan oleh Bukhari diterima dari Sa'id bin Jubair, dia menerima dari lbnu Abbas dengan sanadnya, bahwa pada suatu hari ketika Nabi Musa as sedang berpidato, lalu beliau ditanya: "siapakah manusia yang paling pandai?" Nabi Musa menjawab: "Aku". Perkataan beliau yang sudah terlanjur terucap merupakan suatu kekhilafan, sehingga mendapat teguran dari Allah. Allah berfirman kepadanya, bahwa bukanlah dia yang paling pandai di zaman itu. Ada lagi orang yang lebih pandai dan lebih alim dari dia. Orang itu berdiam di satu tempat, "Pergilah engkau menemui dia!". Lalu Nabi Musa bertanya: "Ya Tuhanku, bagaimana caranya aku dapat menemui orang itu?" Maka Allah memperintahkan beliau untuk berangkat ke suatu tempat pertemuan dua laut itu dengan membawa bekal, dikarenakan perjalanan yang jauh.
Tetapi selama proses bergurunya, nabi musa tidak bisa mengikuti peraturan yang telah disepakati pada awal pertemuan. Dalam kisah ini, terdapat tiga peristiwa yang menjadi materi pembelajaran Nabi Musa as. Berikut peristiwa yang terjadi selama proses berguru : Pertama berawal dari kisah pelubangan perahu, sebagaimana diketahui bahwa perahu yang dimaksud merupakan milik sekelompok orang miskin yang mencari sumber kehidupan di laut. Perahu itu ditenggelamkan untuk di selamatkannya dari perbuatan raja dzholim yang ada didepan mereka, yang akan merampas setiap perahu. Peristiwa ini tertulis dalam surah Al-Kahfi (18): 71-73.
Kedua Pembunuhan anak sebagaiman yang digambarkan pada surah al-Kahfi ayat 74, yang dimaksud dengan , dalam tafsirnya al-Razi adalah seorang anak kecil yang hampir baligh (mumayyiz) yang tabi'at anak tersebut akan menghasilkan sebuah kerusakan, padahal kedua orang tuanya adalah orang yang beriman. Oleh sebab itu, Allah membolehkan untuk membunuhnya.
Ketiga Penegakan dinding pada ayat 77, Sebagaimana yang dijelaskan oleh al-Razi bahwa dalam suatu kota yang mana ada sebuah dinding hampir roboh dan di bawah dinding itu terdapat harta simpanan anak yatim, maka oleh sebab itu Allah menginginkan harta simpanan itu tetap ada dan atas perintahku untuk menegakkan dinding itu, karena demi menjaga hak kebaikan kedua orang tuanya.Â
Dari beberapa peristiwa di atas, terdapat metode pembelajaran yang bisa di terapkan untuk masa sekarang, antara lain adalah:
1. Learning by Journey (Perjalanan untuk Belajar)
Metode ini dalam islam dikenal dengan rihlah. Dalam kisah tersebut rihlah yang dimaksud adalah rihlahnya orang alim yang berupaya untuk menambah ilmu dengan menemui orang-orang yang mulia seperti ulama, meskipun lokasi mereka terletak sangat jauh. Pada mrtode ini terbagi kedalam beberapa pengelompokkan, yaitu:
*Studi Ekskursi dan Wisata Edukasi: