Aku tidak pernah meminta balasan terhadap perasaan ini, semua tentangmu menjadi sejarah indah dalam hidupku. Beberapa hari yang lalu, kamu telah memberikan jawaban untukku. Iya, kamu telah menunjukkan sosok pilihanmu.
Aku begitu hancur, mengapa kamu tidak memberitahuku perihal itu? Ya, aku tahu dia lah yang pernah kamu ceritakan padaku. Hanya saja aku yang terlalu bodoh, begitu besar harapanku padamu. Kamu tidak salah kak, aku lah yang terlalu berharap padamu.
Haruskah aku putar kembali waktu untuk mendapatkan cintamu kembali, agar kamu menjadi milikku? Agar aku tidak merasakan bagaimana berjuang sendiri, tidak merasakan cinta yang sepihak, mencintaimu tanpa memiliki hatimu.
Semesta tidak mengizinkan kita untuk bersama, perasaan ini hanyalah ujian bagiku. Terima kasih kak, telah memberikanku arti kehidupan, melukiskan senyumku yang pernah pudar, dan memberikan gambaran bahwa aku juga bisa bahagia. Terima kasih juga kak telah memberiku ruang untuk mengenalmu.
Aku berusaha tidak lagi menghubungimu, walau itu sangat berat untukku, tapi aku tidak bisa memaksakan kamu untuk terus bersamaku. Setelah kejadian ini, ku harap perasaan ini perlahan musnah, semua tentangmu sudah ku hindari. Aku tidak membencimu, hanya saja aku berusaha untuk tidak mengusikmu lagi. Anggap saja kita tidak pernah kenal kak, kita kembali seperti dulu ya kak, melakukan kesibukan masing-masing tanpa ada komunikasi dan enggan untuk berkomunikasi. Selamat tinggal kak, jangan kenang aku sebagai ‘ara’ yang pernah kamu kenal ya.
Happy birthday kak arya, sosok karakter cerpenku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H