Mohon tunggu...
Agus Kurniawan
Agus Kurniawan Mohon Tunggu... -

saya jualan di mutiara ponsel,jln rantau no 8 aceh tamiang,kuala simpang

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pacaran

10 Mei 2011   04:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:53 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A. Devinisi Pacaran

Kata-kata pacaran dapat diartikan sebagai ajang saling kenal mengenal antara lawan jenis yang bertujuan untuk mengetahui karakter masing-masing, sebenarnya pacaran yang kita ketahui sekarang memang sangat berbeda dengan keadaan sebelum kita, kalau dulu orang pacaran lebih banyak surat menyurat dan silaturrahmi, sedangkan kejadian sekarang yang pernah kita kita dapati di lapangan, dimana saja rata-rata pacaran itu diistilahkan dengan kepunyaan, seolah-olah kita telah memiliki si dia dengan seutuhnya, dalam artian apapun yang mereka lakukan tidak ada hambatan, baik itu bercumbu mesra dengan pasangan atau hal-hal lain yang sangat tidak wajar menurut hukum agama. Seolah-olah apa yang sedang mereka jalani sekarang ini memang benar-benar kepunyaannya sendiri, apa yang mereka lakukan tidak ada hak bagi orang lain untuk melarang, apalagi menegur, jadi bisa kita prediksi menurut keadaan sekarang yang sedang mereka jalani, otomatis kedepannya salah satu pasangan akan menderita akibat dari ulah pasangannya sendiri, itu dikarenakan salah anggapan, kenapa sih kita harus menganggapnya kepunyaan kalau keadaan sudah seperti itu, maka budaya kebarat-baratan telah mulai merasuk kedalam jiwanya, keinginan untuk menjumpainya pun timbul setiap saat, bukan untuk ngobrol atau hal-hal lain yang bersifat positif, melainkan untuk penyaluran sek yang telah begitu menggebu-gebu yang selalu ia pendam, maka lama-kelamaan free sex seolah-olah telah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi masing-masing pasangan tersebut. Hasilnya aib yang selama ini sangat ditakuti oleh setiap anak perempuan pun terjadi ( hamil diluar nikah), siapakah yang harus kita salahkan, pasangannya, orang tuanya ataukah lingkungan yang selalu menjadi tempat naungan bagi mereka selama ini ?
Wanita bisa kita ibaratkan sebagai sekuntum bunga, yang tidak pernah disangka-sangka yang dulunya indah merekah, sejuk dipandang mata, harum semerbak,menaburkan wewangian kemana-mana, membuat orang terpana bila menatapnya, tiba-tiba sang kumbang menghampirinya membawa sejuta harapan hampa yang tidak disangka-sangka oleh sang bunga, harapan yang takkan pernah jadi satu kenyataan sampai kapanpun, harapan yang begitu kelam.
Sang bunga pun jatuh dalam pelukan kumbang, kumbang tersenyum manis, hasyratnya telah tercapai, madu telah tiada, kumbang merasa puas karena impian yang selama ini ia dambakan telah ia dapati, kini sayapnya dikepakkan, ia terbang menjunjung awan biru nan jauh disana, suaranya begitu menggelegar memecahkan kesunyian malam, pekikan yang penuh nafsu serakah, seolah-olah sang kumbang bangga karena niatnnya telah berhasil, sang kumbang hilang entah kemana seiring dengan pekatnya malam, tinggallah sekuntum bunga yang sedang meratap kesedihan, nasibnya begitu malang, jeritan batin yang tak terbendung, kini yang tinggal hanyalah harapan hampa yang selalu setia menemani kepalsuan hidup yang sedang ia jalani, merana, gelisah, kecewa, dan perasaan berdosa selalu berkecamuk bagai sembilu yang setiap saat siap menusuk kedalam lubuk hatinya yang seakan-akan tidak akan pernah tahu kapan akan berakhir.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun