Mohon tunggu...
Nurul Mutiara R A
Nurul Mutiara R A Mohon Tunggu... Freelancer - Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Seorang Perempuan penyuka kopi dan Blogger di http://www.naramutiara.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Radio, BNPB, dan Kolaborasi Kekiniannya

2 Juli 2017   07:09 Diperbarui: 2 Juli 2017   09:09 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah kalian masih sering mendengarkan radio? Stasiun radio favorit mana yang sering kamu dengar? Sudah tahukah sejarah berkembangnya radio di Indonesia?

Radio diperkenalkan di Indonesia sekitar tahun 1952. Saat itu BRV (Bataviase Radio Vereeniging) di Batavia merupakan stasiun radio pertama yang digunakan untuk menyiarkan segala hal yang berhubungan dengan bisnis dan perdagangan. BRV dimiliki oleh swasta, sehingga apapun yang disiarkan berhubungan dengan kegiatan promosi dari perusahaan swasta tersebut.

Barulah pada tahun 1933 para pemuda Indonesia memiliki inisiatif untuk mendirikan stasiun radio bernama SRV di kota Surakarta dengan tujuan menyiarkan serta memperkenalkan kesenian dan budaya yang ada di jawa tengah seperti ketoprak dan wayang orang. Munculnya SRV sebagai radio yang dipelopori pemuda Indonesia membangkitkan stasiun-stasiun radio lain di kota besar. Ada Mataramse Verniging Voor Radio Omroep (MAVRO) di Yogjakarta, Verniging Oosterse Radio Luisteraars (VORL) di Bandung, Vereniging Voor Oosterse Radio Omroep (VORO) di Surakarta, Chineese en Inheemse Radio Luisteraars Vereniging Oost Java (CIRVO) di Surabaya, Eerste Madiunse Radio Omroep (EMRO) di Madiun dan Radio Semarang di Semarang.

Radio berkembang menjadi media komunikasi dan alat pemberi informasi terhadap keadaan di seluruh wilayah Indonesia. Oleh karena hal tersebut, para penjajah baik Belanda maupun Jepang melakukan pengurangan dan pelarangan penyiaran radio kecuali yang berhubungan dengan propaganda mereka. Pada pendudukan Jepang, radio digunakan Jepang sebagai alat untuk menginternalisasi budaya-budaya negaranya sekaligus alat propaganda untuk semboyannya 3A. Jepang pemimpin Asia, Jepang pelindung Asia, Jepang cahaya Asia.

Radio pada masa menjelang kemerdekaan juga menjadi media informasi yang sangat dibutuhkan. Informasi jatuhnya Jepang yang disebabkan oleh pengeboman di Wilayah Hiroshima dan Nagasaki terdengar oleh pemuda Indonesia melalui siaran radio dari BBC. Jika saja saat itu radio tidak ada, mungkin saja Indonesia tidak tahu kalau Jepang kalah perang. Setelah kemerdekaan pun, para pemuda Indonesia menyebarkan setiap informasi penting perihal kemerdekaan dan kekalahan Jepang menggunakan radio. Pada tanggal 11 September 1945 Indonesia resmi mendirikan stasiun radio yang dimiliki oleh negara, yakni Radio Republik Indonesia yang memiliki siaran yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia.

Radio dan Penikmatnya dari Generasi ke Generasi

Saya masih ingat cerita nenek saya sepuluh tahun yang lalu. Bagi nenek saya yang merupakan orang dulu, radio menjadi sebuah alat prestisius yang membuat pemiliknya terlihat gaul. Radio merupakan alat yang harganya mahal saat itu. Bahkan di kampungnya dulu hanya 2 orang yang memiliki radio termasuk nenek saya. Nenek saya sering bercerita bahwa kesenian-kesenian berupa cerita rakyat selalu ia dengarkan melalui radio. Dimulai dari kisah kerajaan Majapahit, kisah Jayabaya, Wayang dan pengenalan musik tarian-tarian jawa. Bagi beliau, radio memberikan nyawa untuk menikmati hidup pada kala itu. Radio yang semula menjadi sebuah media propaganda, berubah menjadi sebuah media yang mampu membuat manusia mencintai kebudayaan dan cerita-cerita  tentang sejarah masa lalu.

Well,  sekarang ini apakah radio masih tetap eksis dengan adanya kemajuan teknologi?

Ya, saat ini dunia memang telah memasuki perkembangan teknologi yang pesat. Pengguna gadget semakin besar, dimulai dari usia dini hingga tua. Internet juga telah masuk ke setiap nadi kehidupan melalui provider-provider yang menawarkan jasa kuota yang beraneka ragam. Namun radio tetap memiliki nilai tersendiri dimata penikmatnya. Perkembangan teknologi membuat radio tidak hanya dinikmati kalangan tua saja namun juga dinikmati kalangan muda. Banyak radio yang telah memunculkan sisi inovasinya melalui siaran yang berkualitas dan kreatif. Setiap stasiun radio memiliki segmennya masing-masing sehingga tidak ketinggalan dan kehabisan pendengar. Radio sekarang bisa secara streaming didengarkan menggunakan layanan provider khusus. Ketika kita diluar negeri, kita masih bisa mendengarkan siaran yang kita inginkan melalui radio streaming. Selain itu coba cek pada smartphone kalian, salah satunya pasti terpasang aplikasi untuk mendengarkan radio. Radio berkembang bersama internet dan gadget menjadi sebuah kolaborasi yang apik dan praktis.

Bagi saya radio adalah media hiburan yang sering saya stel ketika bosan bermain dengan media sosial. Memutar radio, saya tidak harus menggunakan kuota sehingga bisa dinikmati dengan waktu yang tak terbatas, kecuali saat baterai di smartphone habis. Melalui radio, saya selalu updet lagu dalam negeri favorit dan beberapa lagu band Korea Selatan yang cukup yahud. Selain itu, saya juga bisa updet informasi yang sedang hot. Maklum, di tempat kos saya tidak ada televisi, jadi media nyari berita kalau tidak dari internet ya melalui radio.

Zaman telah mengharuskan radio memiliki kemampuan regenerasi konsep yang lebih inovatif. Di kampus tempat saya menimba ilmu yakni Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), terdapat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang berfungsi memberikan fasilitas penyiaran atau broadcasting bagi mahasiswa. UKM itu bernama Magenta Radio. Magenta radio sebagai media komunitas dan media kampus berfungsi  untuk media informasi, komunikasi, edukasi dan sarana hiburan bagi civitas akademik di UNY secara khusus dan masyarakat  sekitar  kampus secara umum. Melihat lokasi yang berada di area mahasiswa, Magenta membuat konsep radio ala mahasiswa yang kreatif dan kekinian, sehingga saat On Air pun menggunakan bahasa yang lebih santai ala anak muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun