Mohon tunggu...
Nurul Mutiara R A
Nurul Mutiara R A Mohon Tunggu... Freelancer - Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Seorang Perempuan penyuka kopi dan Blogger di http://www.naramutiara.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Bangku-Bangku Besi dan Sebentuk Upaya Melepaskan Beban Pikiran

22 September 2024   08:52 Diperbarui: 22 September 2024   19:10 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sepertinya gak mau pulang dulu, duduk di bangku-bangku besi di taman itu enak kayaknya" 

***

Setelah pulang dari kantor, Ramli memilih untuk tak langsung pulang ke rumah. Ia memutuskan duduk di salah satu bangku panjang di sebuah taman. 

Sejenak, Ramli menahan nafas. Beratnya pekerjaan hari ini membuat ia harus menenangkan diri. Hal ini, supaya ketika sampai di rumah, keluarganya tak melihat gurat kepayahan dalam dirinya. 

Bangku-bangku besi di taman menjadi saksi bisu bahwa ada sosok-sosok penuh resah duduk di atasnya. Mereka duduk tanpa melakukan apapun, hanya menghela nafas sambil menyaksikan kendaraan berlalu lalang. 

Cerita di atas, adalah salah satu ilustrasi teman saya yang bercerita bahwa tiap pulang kerja, ia tak langsung pulang. Ia memilih untuk duduk terlebih dahulu sebelum bertemu dengan kasur atau keluarganya di rumah. 

Bagi dia---yang seorang teknisi---bekerja di pabrik bersama mesin-mesin besar bukan perkara mudah. Sesekali, ia mendapat kesulitan ketika mesin mengalami kerusakan. 

Pukul 2 malam pun, ia harus siap dipanggil ke pabrik oleh atasan untuk membenahi mesin-mesin yang ngadat. 

Ketika pulang dari pabrik, melalui rasa lelah yang ia rasakan, duduk di bangku kosong di manapun, bisa jadi pelega sejenak. Kadang rokok dan kopi jadi teman. 

Melihat kebiasaan-kebiasaan melepas resah melalui kursi-kursi kosong, mungkin sudah saatnya pemerintah daerah di tiap kota menyediakan lebih banyak kursi taman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun