"Sepertinya gak mau pulang dulu, duduk di bangku-bangku besi di taman itu enak kayaknya"Â
***
Setelah pulang dari kantor, Ramli memilih untuk tak langsung pulang ke rumah. Ia memutuskan duduk di salah satu bangku panjang di sebuah taman.Â
Sejenak, Ramli menahan nafas. Beratnya pekerjaan hari ini membuat ia harus menenangkan diri. Hal ini, supaya ketika sampai di rumah, keluarganya tak melihat gurat kepayahan dalam dirinya.Â
Bangku-bangku besi di taman menjadi saksi bisu bahwa ada sosok-sosok penuh resah duduk di atasnya. Mereka duduk tanpa melakukan apapun, hanya menghela nafas sambil menyaksikan kendaraan berlalu lalang.Â
Cerita di atas, adalah salah satu ilustrasi teman saya yang bercerita bahwa tiap pulang kerja, ia tak langsung pulang. Ia memilih untuk duduk terlebih dahulu sebelum bertemu dengan kasur atau keluarganya di rumah.Â
Bagi dia---yang seorang teknisi---bekerja di pabrik bersama mesin-mesin besar bukan perkara mudah. Sesekali, ia mendapat kesulitan ketika mesin mengalami kerusakan.Â
Pukul 2 malam pun, ia harus siap dipanggil ke pabrik oleh atasan untuk membenahi mesin-mesin yang ngadat.Â
Ketika pulang dari pabrik, melalui rasa lelah yang ia rasakan, duduk di bangku kosong di manapun, bisa jadi pelega sejenak. Kadang rokok dan kopi jadi teman.Â
Melihat kebiasaan-kebiasaan melepas resah melalui kursi-kursi kosong, mungkin sudah saatnya pemerintah daerah di tiap kota menyediakan lebih banyak kursi taman.Â