"Dimana ada manusia-manusia tak berakal menjejak, disitulah ada sampah-sampah berserakan"
Menikmati perjalanan naik kereta api ditemani segelas kopi panas dan pemandangan laut memang punya sensasi tersendiri. Apalagi bila menjelang sore tiba, jingga mentari di atas kerlipan air laut menjadi alasan penumpang lebih memilih duduk dekat jendela.Â
Sensasi ala 'anak Indie' itulah yang bisa dirasakan ketika menumpang kereta api dari arah Pekalongan menuju Semarang. Keindahan langit dan laut berpadu sempurna, terlihat melalui kaca jendela.
Namun dalam tulisan ini, saya tidak akan bicara banyak mengenai penumpang di dalam kereta, melainkan justru dari luar kereta yakni tentang para pengamat dan pecinta kereta api yang berada di lingkungan sekitar rel.Â
Mendekati Stasiun Plabuan di Kecamatan Grinsing, terdapat tebing buatan bernama Bukit Pandang Menara Senja. Tak jarang, tempat tersebut dijadikan pecinta kereta api sebagai spot mengambil foto.
Tak hanya estetika hasil jepretan yang didapat, tapi juga rasa bahagia karena bisa healing melalui keindahan ciptaan-Nya. Tersuguh pemandangan senja di atas laut.
Tapi, seiring viralnya Bukit Pandang Menara Senja sebagai tempat "mangkal para pemotret", orang yang datang kesana bukan hanya dari kalangan pecinta fotografi kereta saja, tetapi juga masyarakat umum.
Imbasnya, Bukit Pandang Menara Senja yang semula terlihat bersih, berubah menjadi tempat yang dipenuhi sampah plastik. Tanpa rasa bersalah, anak-anak hingga orang dewasa melempar begitu saja gelas minuman hingga kresek ke turunan tebung.Â
Salah satu video dari warganet sempat merekam seorang anak yang membuang sampah di area tersebut. Kemudian, mendapat ucapan pedas dari beberapa warga di sekitar yang melihatnya
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!