Melalui alunan lagu yang dimainkan, seolah ada pesan-pesan yang hendak disampaikan. Sebuah bahasa yang tak terlihat namun terkirim dengan begitu cepatnya ke perasaan. Jalan sunyi yang telah mereka (Trie Utami, Purwacaraka, Dewa Budjana dkk) tempuh sedikit banyak menguak sejarah musik di masa lalu. Sungguh, wonderful Indonesia!
Hubungan antara musik dan manusia ini pulalah yang membuat negara mulai hadir. Musik telah masuk ke relung hati para punggawa negeri. Mereka bersedia mendukung keberlanjutan Sound of Borobudur sebagai inisiator yang mampu membangkitkan kesadaran kita mengenai peradaban nusantara masa lalu.
Dari sound of Borobudur, saya bisa melihat dukungan yang besar dari negara lain. Mereka menyambut baik penyelenggaraan konferensi untuk melihat keajaiban bunyi dari batu-batu mati ratusan tahun silam. Ya, musik telah menghubungkan Indonesia dengan negara lain.
Bagi saya pribadi, musik telah menghubungkan banyak hal. Kebahagiaan, kesedihan, kesuksesan dan juga orang-orang yang saya temui. Saya bisa menjejak di Konferensi Internasional Sound of Borobudur juga merupakan kejaiban musik yang menghubungkan saya dengan tulisan yang saya buat.
Percaya atau tidak, setiap kali saya hendak menulis, saya selalu membunyikan musik genre orchestral melalui ponsel saya. Musik itu seolah-olah mengantarkan ide-ide baru.Â
Memberi ruang bagi saya untuk berpikir jernih. Mood baik saya bergejolak dan ia pun menuntun saya untuk bertemu Ivan Nestorman. Musisi yang pernah membuat saya menangis karena lagu "Soia Nera" yang pernah ia nyanyikan bersama almarhumah Dylan Sada. Saya juga baru menyadari ketika berada di kereta. Tepatnya saat perjalanan pulang tanggal 27 Juni 2021.Â
Kala itu, tiba-tiba saya ingin mendengar lagu Soia Nera yang pernah populer tahun 2006-2007 karena diputar tiap malam untuk sebuah iklan produk komersial. Setelah saya amati penyanyinya, tertulis nama Ivan Nestoman dan Dylan. Apa!! Bukankah itu Ivan yang berfoto di belakang saya saat konferensi?
Bagaimana mungkin? Setelah hampir 15 tahun saya berkeinginan bertemu dengan sang penyanyi lagu epik tersebut. Pada akhirnya secara tak sadar, Tuhan mempertemukan. Lagi-lagi, melalui musik, melalui Sound of Borobudur.Â
Andai Trie Utami dkk tak berinisiatif menghidupkan relief di Borobudur, mungkin saya juga tak akan pernah menjejak ke Magelang, begitu pun dengan Ivan Nestorman dan musisi lainnya.