Bukan hanya itu saja, dihadirkan pula Prof. Emerita Margaret Kartomi, Guru Besar di Sir Zelman Cowen School of Music and Performance, Monash University, Australia dan Moe Chiba selaku perwakilan dari UNESCO untuk memperkaya pandangan para tamu mengenai musik.
Setelah puas dengan sesi webinar dan tanya jawab dengan para pakar, sekitar pukul 15.32 wib, pembawa acara mulai mempersilahkan para musisi Sound of Borobudur memasuki panggung. Mereka bakal memperlihatkan permainan secara ansambel. Saya dan para tamu terlihat antusias. Sampai-sampai, kami berjejal merapat ke bagian depan panggung. Tentu saja, dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Alunan musik yang dimainkan secara harmonis itu begitu mengalun indah. Menyihir tiap mata dan telinga yang mendengar. Para hadirin seolah-olah menari diam bersamaan dengan harmoni yang dimainkan Trie Utami, Dewa Budjana, Vicky Sianipar, Samuel Glenn, Nurkholis, Uyau Morris, dan Ivan Nestorman di atas panggung.
Saya menangis sesak. Bukan karena sedih, tetapi merasa haru. Musik seolah membawa pikiran saya memasuki alam bawah sadar. Menjelajah dimensi waktu di abad ke 8. Bisa jadi, kala itu hal semacam inilah yang terselenggara di pelataran Candi tatkala Pramodhawardani meresmikan bangunan yang semula bernama Bhumi Sambhara Bhudara ini.
Lantunan Sound of Borobudur mampu memainkan imajinasi serta emosi saya untuk tak berhenti membayangkan cerita mengenai Mataram Kuno. Selain itu, melaluinya terbentuk spirit baru yang indah, harmoni antar manusia dalam memainkan musik dan menyuarakan perasaan melalui bunyi.
Ivan Nestorman. Musisi yang berasal dari Flores, NTT ini sempat membuat saya merinding. Alunan suara khasnya sanggup membuat saya menangis tanpa suara. Ada sensasi spiritual yang tak bisa dijelaskan menguar begitu bebas ketika ia bernyanyi, sembari memainkan Sasando di tangannya.
Luar biasa! Inikah salah satu hubungan yang bisa terjalin antara musik dan manusia?Â
Ketika Musik Menghubungkan Manusia dan Dunia
Musik adalah keajaiban. Ia mampu mengobrak-abrik hati manusia. Mempengaruhi mood dan alam bawah sadar sehingga bisa bergerak atau bertindak. Coba saja, tiap kali merasa sedih atau bahagia, genre musik yang diputar pun akan berubah. Ia mengikuti irama hati pendengarnya.
Hari itu, kala Sound of Borobudur Orchestra melantunkan lagu, emosi dalam diri saya membuncah. Tak ada alasan khusus, tiba-tiba, jantung berdegup kencang. Air mata keluar membasahi pipi. Kalau kata Pak Menteri Sandiaga Uno, mbrebes mili (menangis).Â