Dimensi 1962. Titik Balik Kejayaan Indonesia di Mata Dunia
Ruang-ruang waktu dalam pikiran saya seolah berputar, mencari jejak-jejak memori dalam tumpukan catatan lusuh tahun 1962. Kali itu Indonesia tercatat sebagai tuan rumah ajang Asian games yang keempat. Sebelumnya, ajang ini telah diselenggarakan di negara Jepang, Filipina dan India.Â
Catatan-catatan sejarah mengenai Asian Games sempat membuat saya bertanya, seperti apakah persiapannya dan bagaimana antusiasme masyarakat Indonesia kala itu. Ah, tentunya akan berbeda dengan zaman milenial ini. Tapi tak apa, melalui catatan-catatan sejarah itu, rasanya saya ingin menjelajah waktu, membandingkan dan merasakan euforianya yang telah melewati waktu 56 tahun ini. Setengah abad lebih.
Jepang, 23 Mei 1958. Saat itu dengan perasaan campur aduk, salah satu wakil Indonesia menunggu sebuah keputusan voting dari Dewan Federasi Asian Games di Tokyo, Jepang. Sebuah keputusan mengenai siapa yang akan menjadi tuan rumah terselenggaranya Asian games periode berikutnya. Ada 2 negara yang kemungkinan bakal menjadi kandidatnya. Pakistan dan Indonesia. Melalui berbagai pertimbangan serta hasil voting, terpilihlah Indonesia sebagai tuan rumah Asian games 1962.Â
Bergegas!! Itu yang dikatakan Soekarno saat itu. Indonesia memiliki waktu empat tahun untuk berbenah. Yap, empat tahun. Bisa dibayangkan Indonesia saat itu sedang dalam keadaan seperti apa. Tujuh belas tahun pasca merdeka, dan sudah diberi amanah menjadi tuan rumah? Hebat. Ya, sangat hebat. Itu yang mungkin bisa saya katakan untuk semangat dan keberanian Indonesia.
Asian games ketiga tengah berlangsung di Tokyo, Jepang kala itu. Para atlet yang mewakili Indonesia sedang bertanding untuk melangitkan nama Indonesia. Sementara itu, pemerintah Indonesia sedang berpikir dan bersiap take action melakukan pembangunan infrastruktur guna kelancaran dan keberlangsungan Asian games 1962 yang akan datang. Pemerintah akhirnya mulai mencicil step by step pembangunan sarana olahraga maupun sarana pendukung lainnya.Â
Para insinyur dan perencana-perencana tata kota mulai dipanggil satu persatu. Mereka dikumpulkan untuk dimintai ide mengenai rencana pembangunan yang akan dilakukan. Setelah melalui berbagai negosiasi dan juga sharing ide, akhirnya disetujuilah pembangunan infrstruktur berupa stadion GBK, gedung-gedung olahraga, patung selamat datang di Kemayoran, stasiun TVRI dan perluasan bandara di kemayoran untuk mendukung atlet-atlet dari luar negeri yang bakal hadir di ajang Asian games 1962.
Saya tahu, saat itu pemilik stasiun radio dan televisi di Indonesia mungkin bisa dihitung. Namun melalui vibrasi semangat yang digaungkan, pesan-pesan itu akhirnya tersampaikan dari radio/TVRI ke masyarakat, dari masyarakat ke masyarakat yang lain dan begitulah seterusnya hingga ke pelosok negeri.
Dimensi 2018. Penyatuan Energi Dari Segala Penjuru Indonesia