Mohon tunggu...
Mutiara Margaretha Yaletha
Mutiara Margaretha Yaletha Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - makhluk hidup yang menempati sepetak tanah

be myself and here i am •.• kawasan bebas polusi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hidup yang Tidak Direnungi, Tidak Layak untuk Dijalani

10 Juli 2024   14:17 Diperbarui: 10 Juli 2024   14:26 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi pribadi diolah melalui Canva

Bapak filsafat berkata, "hidup yang tidak diperiksa dengan teliti tidak layak untuk dijalani". Sokrates adalah tokoh terbesar dalam filsafat Yunani dan Romawi Kuno. Satu abad sebelum Sokrates juga ada orang-orang yang menyebut diri mereka sebagai filsuf seperti Thales, Pythagoras, dan Heraclitus yang kemudian diberi label sebagai filsuf alam karena pemikiran mereka yang berkaitan erat dengan asal-usul alam semesta.

Konsep hidup yang direfleksikan oleh Sokrates juga mencakup tanggung jawab moral. Baginya, kebijaksanaan sejati datang dari pengenalan diri sendiri dan penilaian etis terhadap tindakan. Hidup tanpa refleksi menyebabkan kurangnya pertanggungjawaban terhadap diri sendiri dan masyarakat.

 "Hidup yang tidak diperiksa dengan teliti tidak layak untuk dijalani". Kebanyakan orang berjalan dalam tidur sepanjang hidup mereka, mereka tidak pernah bertanya pada diri sendiri tentang apa yang mereka lakukan dan mengapa? Sokrates mengatakan bahwa manusia menyerap nilai-nilai dan kepercayaan orang tua mereka, atau budaya masyarakat mereka sendiri dan menerima semua tanpa mengajukan suatu pertanyaan.

Sokrates berpendapat bahwa filosofis seorang sangat berkaitan dengan kesehatan mental seseorang. Bagaimana manusia memahami dunia dan apa yang menurutnya hal terpenting dalam hidup. Keyakinan yang berbeda akan menyebabkan keadaan hidup yang berbeda pula.

Misalnya, seseorang yang terlalu mempedulikan persetujuan orang lain, maka dikemudian hari, filosofi ini akan menyebabkan rasa takut bersosialisasi. Jika kita dapat menyadari terlalu peduli akan persetujuan orang lain adalah tidak bijaksana dan jika kita mengubah keyakinan tersebut, pada gilirannya akan menyebabkan perubahan kesehatan emosional dan fisik kita ke arah kebaikan

Sokrates mengatakan bahwa adalah tugas kita untuk menjaga jiwa kita dan filsafat adalah seni psikoterapi. Kita harus terus menerus memeriksa jiwa kita untuk menentukan keyakinan dan nilai mana yang valid dan mana yang beracun. Setiap manusia juga bisa belajar untuk menjadi Sokrates versi diri sendiri. Ketika emosi negatif datang, kita bisa bertanya pada diri sendiri, apakah saya menanggapinya dengan bijak? apakah tanggapan ini masuk akal? bisakah saya bereaksi lebih cerdas?

Hidup tanpa refleksi, bagi Sokrates, mirip dengan menjalani kehidupan tanpa tujuan yang jelas. Ia meyakini bahwa manusia harus merenung tentang tindakan dan keputusan mereka, serta mempertanyakan motivasi di balik setiap langkah yang diambil. Dengan begitu, seseorang dapat menghindari hidup secara mekanis, tanpa pemahaman yang mendalam tentang apa yang benar-benar penting.

Meskipun mungkin sulit untuk selalu merenung, Sokrates meyakini bahwa kehidupan yang direfleksikan membawa kebijaksanaan dan kebahagiaan. Refleksi bukanlah tugas yang sekadar dapat diabaikan, tetapi suatu kewajiban moral bagi setiap individu yang mencari makna sejati dalam hidup.

Jadi bagaimana? Apakah kamu sudah merenungi dirimu sendiri hari ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun