Mohon tunggu...
Mutiara Margaretha Yaletha
Mutiara Margaretha Yaletha Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - makhluk hidup yang menempati sepetak tanah

be myself and here i am •.• kawasan bebas polusi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menajamkan Pikiran Sambil Berjalan

1 Juli 2024   06:18 Diperbarui: 1 Juli 2024   06:52 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi pribadi diolah melalui canva

Aristoteles, salah satu filsuf paling terkenal dalam sejarah, telah memberikan kontribusi besar terhadap pemikiran manusia. Selain itu, dia juga memiliki metode belajar yang unik, salah satunya adalah belajar sambil berjalan. Menurut sebuah penelitian, ketika seseorang berjalan, aliran darah akan meningkat sehingga dapat membantu otak untuk tetap fokus dan aktif. Ini memungkinkan pikiran untuk terbuka terhadap gagasan-gagasan baru.

Filsafat peripatetik, juga dikenal sebagai filsafat Aristotelian, merujuk pada pemikiran yang diasosiasikan dengan Aristoteles dan para pengikutnya. Istilah "peripatetik" berasal dari kata Yunani "peripatein", yang berarti "berjalan-jalan". 

Ini menggambarkan cara Aristoteles mengajar para muridnya dengan berjalan-jalan di sekitar taman Lyceum di Athena. Aristoteles percaya bahwa tubuh dan pikiran manusia saling terkait. Berjalan sambil belajar adalah cara untuk menggabungkan dua aspek ini.

Aristoteles sering melakukan diskusi dengan murid-muridnya saat berjalan. Dia percaya bahwa berjalan membantu mengurangi hambatan komunikasi dan mempromosikan pertukaran ide yang lebih lancar. 

Dalam suasana yang lebih santai, murid-muridnya lebih cenderung untuk terlibat dalam diskusi yang aktif dan berpikiran terbuka. Selama perjalanannya, Aristoteles juga suka mengamati alam. Dia menggunakan lingkungan sekitarnya sebagai sumber belajar yang tak terbatas. Dari pengamatan ini, dia mengembangkan banyak teori dan konsep dalam ilmu alam dan filsafat.

Aristoteles, seorang filsuf besar Yunani kuno, adalah murid Plato dan pengajar Aleksander Agung. Dia mendirikan sekolahnya sendiri, Lyceum, pada abad ke-4 SM. Filsafat peripatetik berkembang di sana dan berlanjut setelah kematian Aristoteles. Filsafat peripatetik memberikan kontribusi besar terhadap pemikiran Barat dan Islam. 

Aristoteles dihormati sebagai salah satu filsuf terbesar sepanjang masa, dan karyanya telah memengaruhi banyak bidang, termasuk ilmu pengetahuan, agama, etika, politik, dan logika.

Di dunia Islam, karya-karya Aristoteles diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan dipelajari oleh para filsuf Muslim seperti Al-Farabi, Ibnu Sina (Avicenna), dan Ibnu Rusyd (Averroes). Mereka memadukan filsafat peripatetik dengan tradisi Islam, menciptakan sintesis yang unik.

Filsafat peripatetik memberikan fondasi yang kuat bagi banyak konsep dasar dalam pemikiran Barat. Melalui karyanya, Aristoteles menawarkan pandangan tentang alam semesta, pengetahuan, etika, dan politik yang tetap relevan hingga hari ini. Filosofi ini menekankan pentingnya pengamatan, logika, dan refleksi dalam mencari kebenaran dan kebijaksanaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun