Berdasarkan aplikasi Calendar yang merupakan aplikasi bawaan tiap smartphone, hari Rabu tanggal 14 Februari 2024 adalah Hari Pemilihan, spanduk di pinggir jalan juga mengatakan kalau hari ini rakyat Indonesia akan merayakan Pesta Demokrasi, di mana setiap warga negara yang sudah memenuhi syarat memilih, diperkenankan memberikan hak suaranya sebagai salah satu bentuk partisipasi dalam menentukan arah Indonesia 5 tahun ke depan.
Partisipasi dalam pemilu adalah hak dan tanggung jawab yang penting dalam sebuah demokrasi. Saat ini saya berusia 19 tahun dan Pemilu 2024 adalah pengalaman pertama saya berpartisipasi dalam pesta demokrasi yang diadakan 5 tahun sekali.
Sebelum hari pemungutan suara, saya melakukan persiapan dengan membaca dan mendalami platform dan visi dari tiga kandidat yang bersaing. Saya juga mengikuti debat publik dan membaca berita untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang isu-isu yang sedang berkembang dan bagaimana calon-calon tersebut meresponsnya.
Tadi pagi, saya bangun dengan perasaan campur aduk antara gugup dan bersemangat. Setelah sarapan, saya segera menuju tempat pemungutan suara bersama mamah tercinta, tepatnya di TPS 122, Kec. Cilandak, Kel. Pondok Labu.
Saat tiba di tempat tersebut, saya dan mamah segera menghampiri ayah saya yang kebetulan sedang menjadi KPPS di TPS 121. Suasana di sana sangat ramai dengan orang-orang yang antusias dan penuh semangat untuk menggunakan hak suara mereka.
Selagi menunggu antrean, kami bertiga duduk di tempat yang telah disiapkan. Kami sibuk menebak hasil Pemilu dan membicarakan film Dirty Vote yang sedang hangat dibicarakan. Sampai akhirnya nama ayah dipanggil oleh KPPS untuk mengikuti alur pencoblosan. Tak lama dari itu, nama saya dipanggil disusul dengan mamah saya.
"Saudari Mutiara ... may?" bingung si panitia.
Ini bukan kali pertama orang salah mengeja nama lengkap saya. Tulisan lengkap di akta dan KTP adalah Mutiara MY, namun pelafalannya adalah Mutiara Em Ye. Bukan Mutiara may apalagi may Mutiara, itu sedikit menyebalkan sebenarnya.
"Mutiara Em Ye pak," saya mengoreksinya.
"Ohh kirain dibaca may," sahutnya.