Mohon tunggu...
Mutiara Margaretha Yaletha
Mutiara Margaretha Yaletha Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - makhluk hidup yang menempati sepetak tanah

be myself and here i am •.• kawasan bebas polusi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Antara Realitas dan Ilusi: Sebuah Analisis Filosofis

15 September 2023   21:31 Diperbarui: 18 November 2023   07:48 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok pribadi diolah melalui canva

Dalam perjalanan manusia untuk mencari pengetahuan dan pemahaman tentang dunia, seringkali kita berhadapan dengan perbedaan antara apa yang dianggap sebagai pengetahuan yang hakiki dan apa yang mungkin hanya ilusi atau kesalahan pemahaman.

Manusia bisa saja keliru dengan beranggapan bahwa 'sesuatu' adalah sebuah hakikat, apa yang dianggap ada padahal sebenarnya tidak ada, seperti kesialan dan hantu. Atau mungkin sebaliknya, apa yang ada malah dianggap tidak ada, seperti jiwa yang nonmateri. Mereka tidak mempercayain eksistensi jiwa karena keberadaannya yang tidak terlihat. Ada keperluan mendesak untuk mengetahui 'ada' sebagaimana 'adanya' dan kekhususan-kekhususannya untuk membedakan dengan sesuatu yang 'tidak ada' agar kita tidak salah.

Berikut ini konsep dasar yang membantu kita membedakan antara yang hakiki dan yang ilusi dalam berbagai konteks, termasuk ilmu pengetahuan, agama, dan kehidupan sehari-hari.

1. Metode Ilmiah. Salah satu cara untuk membedakan antara pengetahuan yang hakiki dan ilusi adalah dengan menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah melibatkan pengamatan, pengujian, dan verifikasi secara berulang terhadap klaim atau hipotesis. Pengetahuan yang dapat diuji, diulang, dan diverifikasi oleh komunitas ilmiah memiliki tingkat kepastian yang lebih tinggi dibandingkan dengan klaim yang tidak dapat diuji.

2. Keraguan atau skeptisisme. Pendekatan skeptisisme dan keraguan juga membantu dalam membedakan antara yang hakiki dan yang ilusi. Seorang individu yang skeptis cenderung menanyakan bukti dan argumen yang mendukung suatu klaim sebelum menerimanya sebagai pengetahuan yang hakiki. Ini menghindarkan kita dari terjebak dalam ilusi atau kepercayaan tanpa dasar.

3. Religiusitas dan Keyakinan. Dalam konteks agama, banyak orang memiliki keyakinan yang sangat kuat yang dianggap sebagai pengetahuan yang hakiki. Namun, penting untuk mengakui bahwa keyakinan berdasarkan iman, sementara ilmu pengetahuan didasarkan pada bukti empiris. Artinya, apa yang dianggap hakiki dalam konteks agama mungkin berbeda dari sudut pandang ilmiah.

4. Tidak asal memahami sesuatu. Kita juga perlu berhati-hati terhadap pemahaman pribadi yang mungkin menciptakan ilusi. Pengalaman pribadi dan persepsi subjektif dapat mempengaruhi cara kita memandang dunia. Penting untuk selalu mempertanyakan apakah apa yang kita percayai didasarkan pada bukti yang kuat atau hanya ilusi pribadi.

Memahami perbedaan antara pengetahuan yang hakiki dan yang ilusi adalah langkah penting dalam pengembangan pemahaman yang lebih mendalam tentang dunia dan diri kita sendiri. Dengan menggunakan metode ilmiah, skeptisisme yang sehat, dan penghargaan terhadap perbedaan antara domain ilmiah dan keyakinan pribadi, kita dapat lebih bijaksana dalam menyusun pandangan kita tentang realitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun