Mohon tunggu...
Mutiara Margaretha Yaletha
Mutiara Margaretha Yaletha Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - makhluk hidup yang menempati sepetak tanah

be myself and here i am •.• kawasan bebas polusi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Teori Emanasi Ibnu Sina: Pengembangan Pemahaman tentang Keberadaan Alam Semesta

28 Juli 2023   13:34 Diperbarui: 28 Juli 2023   13:43 1418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibnu Sina, atau yang juga dikenal dengan nama Avicenna, adalah salah satu tokoh terkemuka dalam sejarah peradaban Islam dan filosofi dunia. Lahir pada tahun 980 Masehi di wilayah yang sekarang bagian dari Uzbekistan, Ibnu Sina unggul dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk filsafat, kedokteran, matematika, kimia, astronomi, dan logika. Karya-karyanya memberikan kontribusi besar dalam memperluas pengetahuan manusia pada masa itu dan berdampak jauh hingga abad-abad berikutnya.

Salah satu pemikiran Ibnu Sina yang menjadi poin penting dalam filsafat Islam dan mempengaruhi pemikiran banyak filsuf dan cendekiawan muslim setelahnya adalah Teori Emanasi. Teori ini mengajukan konsep tentang bagaimana alam semesta terbentuk dan berkembang. Ibnu Sina menggunakan konsep ini untuk menjelaskan hubungan antara Tuhan (Dzat Tertinggi) dan realitas lain yang lebih rendah. 

Emanasi berasal dari kata Latin "emanare," yang berarti memancar. Dalam konteks teori ini, emanasi mengacu pada proses di mana Tuhan memancarkan diri-Nya untuk menciptakan realitas alam semesta.

Secara sederhana, Teori Emanasi Ibnu Sina menyatakan bahwa alam semesta berasal dari satu sumber asal atau substansi yang murni, yakni Allah. Emanasi merupakan proses di mana keberadaan Tuhan atau substansi yang murni ini menyebar atau memancar ke berbagai bentuk dan tingkat eksistensi yang lebih rendah. 

Ibnu Sina percaya bahwa ada tingkatan keberadaan yang berbeda, mulai dari yang paling sempurna hingga yang paling rendah. Allah dianggap sebagai substansi yang paling sempurna dan murni, sedangkan alam semesta dengan segala keberagamannya adalah hasil pancaran dari keberadaan-Nya. Proses ini membentuk tingkatan keberadaan, di mana semakin rendah tingkatnya, semakin jauh pula dari kesempurnaan dan keberadaan asalnya.

Teori emanasi menjelaskan bagaimana proses kejadian alam semesta ini, digambarkan ketika suatu masa di mana pada saat itu tiada keberadaan lain selain Tuhan, dan dikarenakan hanya ada dirinya maka hanya berfikirlah aktifitasnya. Ketika Tuhan memikirkan dirinya maka terciptalah akal pertama, dan ketika akal pertama ini memikirkan dirinya dan Tuhannya maka timbulah akal kedua dan langit pertama, ketika akal kedua memikirkan dirinya, Tuhan, dan akal pertama, maka lahirlah akal ketiga dan seterusnya sampai ke akal kesepuluh. Akal kesepuluh menghasilkan bumi, pemikiran akal kesepuluh tidak memiliki cukup daya untuk menghasilkan akal lagi.

Melalui Teori Emanasi ini, Ibnu Sina mencoba menjelaskan hubungan antara Tuhan yang Maha Sempurna dan alam semesta yang beragam. Alam semesta dan segala sesuatu di dalamnya adalah hasil emanasi dari Tuhan, dan dengan demikian, alam semesta merupakan manifestasi dari keberadaan Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun