Mohon tunggu...
Mutiara Margaretha Yaletha
Mutiara Margaretha Yaletha Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - makhluk hidup yang menempati sepetak tanah

be myself and here i am •.• kawasan bebas polusi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Katakan 'TIDAK' Pada Body Shaming

12 Desember 2022   10:20 Diperbarui: 19 Januari 2023   02:09 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Body shaming adalah tindakan mengkritik, mengomentari, atau membandingkan fisik orang lain maupun dirinya sendiri (Dolezal, 2015).

Orang yang mengalami body shaming cenderung tidak percaya terhadap diri sendiri karena telah mendengar kritikan yang dilontarkan padanya. Akibatnya ia akan berusaha olahraga dan melakukan diet untuk memperbaiki penampilannya. Namun, terkadang hal tersebut menjadi obsesi dan akan membuatnya berlebihan dalam melakukan sesuatu. 

Mengapa orang melakukan body shaming? Apakah pelaku body shaming tidak sadar akibat dari apa yang diucapkannya? Bagaimana perasaan korban body shaming? Apa dampak yang ditimbulkan dari body shaming itu sendiri?

Body shaming berawal dari cara pandang post-kolonial yang menetapkan standar kecantikan seperti orang harus berkulit putih pucat bak porselen dan memiliki bentuk tubuh tinggi semampai ramping ala model. Intinya, standar kecantikan adalah patokan penampilan seseorang yang penampilannya harus sempurna dari bentuk dan warna, dari atas sampai bawah. Standar kecantikan dan fenomena body shaming berpotensi membuat seseorang melakukan self-objectification.

Pelaku body shaming biasanya beralasan hanya sekedar bercanda ataupun ingin membuat orang lain tertawa. Tapi sadarkah kamu? Candaan yang kamu lontarkan akan menyakiti perasaan orang lain. Hentikan perilaku body shaming dimulai dari kamu, YA. KAMU!!

Pelaku body shaming sadar terhadap apa yang diucapkan tapi mirisnya mereka tidak sadar dampak dari setiap perkataannya. Ada orang yang merasa kecewa, sedih, kesal, marah, dan mungkin akan menjadi beban pikiran dari apa yang didengarnya. Selain itu dampak body shaming terhadap korbannya yaitu:

1. Minder, yaitu rasa keberhargaan diri yang rendah. Orang yang minder, biasanya akan merasa sulit untuk melihat nilai positif yang dimilikinya. Kenapa? karena dia memandang dirinya sebagai pribadi yang memiliki banyak kelemahan dan kekurangan jika dibandingkan dengan orang lain.

2. Tertekan, dimana perasaan tidak berdaya akan semua emosi yang terpendam dari diri sendiri maupun dari lingkungan.

3. Mengalami anoreksia dan bulimia, yaitu gangguan makan yang terjadi saat seseorang terobsesi untuk memiliki tubuh layaknya model. Seseorang dengan kelainan ini benar-benar menginginkan tubuh yang kurus sehingga membatasi konsumsi makanannya. Pengidap kelainan ini mungkin akan terlihat biasa ketika sedang makan tetapi mereka akan menyesali apa yang masuk ke perutnya dan akan berusaha mengeluarkan kembali apa yang dimakannya.

4. Stress, korban body shaming akan merasakan perasaan khawatir, cemas dan takut. Mereka akan kehilangan semangat bahkan harapan hidup.

Setelah mengatahui dampak body shaming, masih tegakah kamu melontarkan ejekan terhadap fisik orang lain? Seandainya kita bisa memilih ingin dilahirkan dengan rupa seperti apa, mungkin semua orang baik laki-laki maupun perempuan akan memilih rupa yang sesuai dengan standar kecantikan yang berlaku, tapi kita dilahirkan sesuai dengan ketentuan Sang Pencipta, di mana manusia diciptakannya dalam bentuk sebaik-baiknya. 

Orang yang melakukan body shaming sama halnya dengan melakukan pembullyan secara verbal. Sebelum mengoreksi orang lain, alangkah bijaknya untuk mengoreksi diri sendiri, sudah sempurnakah kamu sampai kamu merasa berhak mengoreksi atau bahkan mengkritik orang lain? 

Nobody's perfect in the world. Love yourself, don't care what people say.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun