“Yah…namanya juga pasar kaget, ya jelas kaget-an”, begitulah sebagian jawaban yang saya terima saat menanyakan mengapa aktivitas pasar setiap hari minggu yang digelar di kampus IPB Darmaga ini dinamai Pasar Kaget. Kampus IPB Darmaga merupakan kampus pusat yang dihuni hampir 4.000 orang mahasiswa baru setiap tahunnya. Kampus dengan luasan areal mencapai 250 hektar ini dibagi lagi menjadi beberapa spot area yang dijadikan lokasi aktivitas mahasiswa, bukan hanya area gedung kuliah bertingkat, gedung kantor, laboratorium lapang, atau komplek perumahan dosen, tetapi juga ada areal yang berbatasan langsung dengan kampus yang didominasi oleh kostan-kostan mahasiswa juga komplek pertokoan paguyuban pedagang IPB, sebagai unit bisnis yang dikordinasikan bersama pihak IPB. Daerah ini disebut Babakan Raya atau yang lebih ngetrend dikalangan mahasiswa IPB disingkat Bara.
Jika anda pernah ke Malioboro, maka anda pasti menemui banyak sekali pedagang yang menjajakan dagangannya dikiri dan kanan jalan. Kawasan Malioboro bahkan akan dicanangkan sebagai kawasan pendestrian (khusus pejalan kaki), pedagang-pedagangnya telah terkordinasi berada di bawah Koperasi Tri Dharma, berupa paguyuban pedagang kaki lima (sumber: Waskitho 2010). Suasana yang sama akan anda temui di Bara yang memiliki panjang jalan tidak lebih dari 800 meter dan lebarnya kurang dari 4 meter. Pada salah satu sisi jalan secara berderet anda akan menemui warung-warung dan pondok makan. Aneka jenis makanan dijual disini, sebut saja Warung Soto Pak Haji, Sulung Sari, Ayam Bakar Podoseneng, Rumah Makan Padang “Ampera”, Soto Suroboyo, Rumah Makan Sunda “Raos”, dan sebagainya. Berbeda dengan sisi jalan kedua yang didominasi oleh toko buku dan elektronik serta warung internet (warnet), seperti Regendstat Computer, Toko Buku “Gebyar”, Alfamart, Alfamidi, Warnet Yasmin, dan sebagainya. Secara tata ruang, pembagian cluster pedagang di bara sudah tertata dengan baik, hal ini juga berkat kerjasama pedagang dengan IPB di bawah Direktorat Bisnis dan Kemitraan. Tujuannya adalah untuk menyediakan semua kebutuhan mahasiswa IPB dengan kualitas yang bagus, sehat, dan harga terjangkau. Khusus untuk makanan, pihak IPB selalu rutin melakukan pemantauan kualitas makanan terhadap pedagang-pedagang makanan di Bara dan sekitarnya.
Kondisi di atas pasti selalu anda temui pada hari-hari aktif mahasiswa, yaitu Senin hingga Sabtu. Suasana yang sedikit berbeda akan anda temui pada hari Minggu, mulai dari pukul 07.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB siang harinya, ruas jalan di Bara akan dipenuhi oleh ratusan pedagang kaki lima yang datang dari berbagai daerah di Bogor. Kondisi inilah yang disebut Pasar Kaget, kalo saya terkadang menyebutnya dalam bahasa inggris shocking market, karena benar-benar bikin shock. Hehehe.
Saya tidak tahu siapakah yang berwenang atas pelaksanaan kebijakan tersebut nanti. Namun hendaknya pihak IPB, Polantas setempat juga Desa Babakan dapat saling bekerjasama untuk mengatasi kemacetan kampus setiap minggu paginya. Kota Bogor sudah dijuluki Kota Sejuta Angkot, Bogor Kota Macet, atau apa lah julukan negatif lainnya, jangan sampai Kampus IPB juga menjadi kampus yang rawan kemacetan. Gaya hidup mahasiswa saat ini sudah mengalami perubahan orientasi, mahasiswa sudah terbiasa menggunakan kendaraan bermotor bahkan untuk mencapai lokasi jarak pendek, aktivitas olahraga yang kurang, hingga berdampak kepada penurunan kualitas hidup sehat mahasiswa. Padahal pihak kampus sudah mengantisipasi gejala buruk tersebut dengan berbagai cara. IPB misalnya, pengadaan bus antar fakultas, perbaikan trotoar khusus didukung penyediaan ribuan sepeda kampus, hingga penyediaan sarana olahraga berupa gymnasium dengan kapasitas dan sarana super lengkap. Berawal dari Pasar Kaget, IPB pasti mampu menciptakan mahasiswa dan masyarakat sekitar kampus yang memiliki budaya hidup sehat dan ramah lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H