Mohon tunggu...
Mutiara Khairani
Mutiara Khairani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas andalas

hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Benturan Budaya di Era Digital: Mempertahankan Kearifan lokal di Tengah Arus Modernisasi

14 Oktober 2024   12:05 Diperbarui: 14 Oktober 2024   12:28 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di era digital yang tak henti-hentinya berkembang, bagaimana kita bisa tetap menjaga warisan budayanya tanpa kehilangan jati diri? Artikel ini akan membuka tabir tentang benturan antara kearifan lokal dan arus modernisasi,dan Apakah kearifan lokal masih relevan, atau justru tenggelam di tengah popularitas budaya global? 

Di masa ini interaksi budaya mengalami perubahan signifikan akibat kemajuan teknologi informasi. Transformasi ini membawa tantangan dan peluang dalam mempertahankan kearifan lokal di tengah arus modernisasi. Benturan budaya sering kali terjadi ketika nilai-nilai tradisional dipicu dengan pengaruh budaya luar yang cepat menyebar melalui internet dan media sosial.

Era digital juga telah mengubah kehidupan manusia secara signifikan dengan menghadirkan dunia yang semakin terhubung. Teknologi informasi memungkinkan budaya dari berbagai belahan dunia saling berinteraksi dengan lebih mudah. Meski era digital menghadirkan peluang untuk berbagi nilai-nilai budaya, modernisasi yang menyertainya juga menimbulkan tantangan terhadap kelestarian kearifan lokal yang merupakan bagian penting dari identitas masyarakat. Pergesekan antara nilai-nilai tradisional dan modern menjadi tantangan bagi banyak negara, termasuk Indonesia.

Digitalisasi dan Pergeseran Budaya

Globalisasi yang didorong oleh teknologi digital memungkinkan pertukaran budaya secara luas, terutama melalui platform seperti media sosial dan layanan streaming. Marshall McLuhan (1964) menyebut fenomena ini sebagai terciptanya "desa global," dimana informasi dan budaya dapat menyebar dengan sangat cepat. Namun, pengaruh budaya global yang dominan, terutama dari Barat, sering kali meminggirkan budaya lokal, yang mengarah pada homogenisasi budaya global.

Di Indonesia, budaya Barat mempengaruhi gaya hidup generasi muda, terutama dalam hal cara berpakaian, selera musik, dan pola pikir. Hal ini berpotensi menggantikan nilai-nilai dan norma budaya lokal, menyebabkan generasi muda semakin menjauh dari warisan budayanya.

Pentingnya Kearifan Lokal dalam Identitas Budaya

Kearifan lokal adalah nilai-nilai, pengetahuan, dan praktik yang telah diwariskan secara turun-temurun dalam masyarakat. Kearifan ini mencerminkan cara masyarakat beradaptasi dengan lingkungan dan keadaan sosial mereka, serta menjadi penentu identitas budaya suatu komunitas. Di Indonesia, setiap daerah memiliki kearifan lokal yang unik.

Kearifan lokal mencakup nilai-nilai, pengetahuan, dan praktik yang telah diwariskan turun-temurun dalam masyarakat. Setiap daerah di Indonesia memiliki kearifan lokal yang unik, seperti sistem irigasi tradisional subak di Bali atau prinsip sosial adat Minangkabau. Namun, kemajuan modernisasi membuat sebagian besar kearifan lokal ini mulai terpinggirkan, terutama di kalangan generasi muda yang lebih tertarik pada budaya populer global.

Namun, di era modernisasi dan digitalisasi ini, kearifan lokal sering kali terpinggirkan. Nilai-nilai dan norma yang terkandung di dalamnya kurang diminati oleh generasi muda yang lebih tertarik pada budaya populer global.

Tantangan Melestarikan Kearifan Lokal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun