Mohon tunggu...
Mutiara Indah Prameswari
Mutiara Indah Prameswari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Senang berbagi hal apapun yang bersifat informatif dan edukatif.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Masjid Al Ukhuwwah: Masjid Tanpa Tiang di Tengah Kota Bandung

5 Juli 2024   16:37 Diperbarui: 5 Juli 2024   16:57 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masjid ini memiliki luas 5.000 m dan dapat menampung hingga 3.500 orang. Arsiteknya, Ir. H. Keulman, menggunakan kayu parkit jati untuk lantai masjid, memberikan rasa hangat di musim hujan dan sejuk di cuaca panas bagi para jemaah.

Salah satu keunikan masjid ini adalah desainnya yang tidak memiliki penyangga di tengah. Besi-besi di langit-langit berfungsi sebagai penopang konstruksi, memungkinkan ruang tanpa penyangga. Menurut Keulman di YouTube.com Net Biro Jabar, desain ini menguntungkan bagi jemaah yang mendengarkan ceramah.

"Alasan mengapa tidak dimiliki tiang di tengah masjid, supaya memudahkan orang untuk beribadah dan leluasa mendengar ceramah." Ujarnya,

Langit-langit masjid dilengkapi dengan lampu untuk penerangan malam hari. Dua dinding yang mengarah ke kiblat berwarna hijau dan dihiasi kaligrafi, mengapit area tempat khotbah.

Tema masjid ini juga menggunakan tema tropis dengan konsep tradisional. Tema Tropis dipilih untuk mencerminkan karakter dan suasana, dengan mempertimbangkan pengaruh lingkungan dalam bangunan. Berlokasi di pusat kota Bandung yang beriklim tropis, masjid ini menjadi fasilitas umum yang penting bagi umat Islam untuk melaksanakan ibadah dan aktivitas keagamaan. Pendekatan Tropis dalam desain masjid dianggap sebagai solusi untuk mengatasi kondisi yang ada. Faktor-faktor seperti suhu udara, paparan sinar matahari, pola angin, tingkat kelembapan, dan curah hujan menjadi elemen kunci dalam perancangan. Hal ini didukung oleh pendekatan desain ramah lingkungan, termasuk desain tenaga surya pasif, efisiensi energi, efisiensi air, peningkatan kualitas udara dalam ruangan, dampak lingkungan, sense of place, dan desain berkelanjutan. Diharapkan, tema Tropis dapat menciptakan suasana yang khidmat dan damai dalam beribadah, serta memberikan efek positif bagi pengguna, sehingga ibadah dan aktivitas lainnya dapat berjalan dengan lancar. Perancangan ini diterapkan pada elemen interior dengan menitikberatkan pada fungsi setiap ruangan yang didukung oleh fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk memenuhi fasilitas ibadah.

Masjid ini memiliki tiga lantai. Basement digunakan untuk fasilitas pendukung seperti toilet/tempat wudhu, parkir, kantin, taman/kolam, Sekretariat Remaja Masjid, kantor DKM, dan Kantor Dewan Masjid Indonesia (DMI). Lantai pertama adalah ruang ibadah utama, sementara lantai kedua (mezanine) digunakan sebagai ruang ibadah tambahan.

Pintu utama masjid memiliki desain yang menarik, dengan pembatas berbentuk kotak dan lubang pintu berbentuk trapesium, menggabungkan bentuk kotak dan segitiga dengan sisi atas yang meruncing. Pembatas ini memiliki tiga tingkat yang semakin mengecil ke dalam dan dilapisi batu alam. Di antara lubang dan pembatas terdapat ukiran motif daun berwarna emas.

Ruang utama terasa luas berkat void yang besar, yang menghabiskan lebih dari setengah ruangan di tengah depan. Langit-langit yang dekat dengan atap juga membantu memberikan kesan luas, menampilkan kerangka atap yang terekspos dan menambah nilai seni. Namun, ini juga membuat ruangan menjadi cukup berisik saat hujan. Lampu-lampu bergaya kontemporer di langit-langit terdiri dari 132 lampu yang disusun sedikit acak berbentuk kotak dan diberi kap berbahan pipa menyerupai jaring berwarna emas.

Bagian bawah kubah yang berbentuk bujur sangkar dihiasi dengan ornamen timbul berwarna emas berpola daun dan kaligrafi. Lantainya terbuat dari panel kayu yang dibiarkan polos dan diberi tanda untuk penjarangan shaf, sesuai dengan protokol kesehatan. Ruangan utama berukuran sekitar 1.200 m, ditambah dengan lantai dua seluas 600 m, sehingga total luasnya mencapai 1.800 m.

Dinding altar dan mihrab dirancang kontras untuk menarik perhatian. Dinding altar berwarna hijau tua dengan kaligrafi timbul berwarna tembaga di bagian tengah. Mihrab berbentuk segi empat dengan tinggi 8 meter dan lebar 6 meter, dilapisi pualam krem. Pada bagian atas mihrab, terdapat kaligrafi timbul berwarna emas dalam lingkaran, dengan lafadz Allah di sisi kanan dan Nabi Muhammad SAW di sisi kiri. Rongga mihrab memiliki bentuk segi empat dengan bagian atas berbentuk lengkungan seperti bawang. Tepian rongga bergradasi lima tingkat yang semakin mengecil ke dalam. Bagian terdalam dihiasi dengan ukiran motif daun berwarna emas, sesuai dengan hiasan pintu depan.

Di dalam mihrab terdapat jam almari antik, sajadah untuk imam, dan mimbar kayu dengan ukiran kaligrafi dalam lingkaran berwarna emas di bagian depan. Latar belakang mihrab dilapisi ornamen GRC bermotif paduan bunga dan bintang yang dicat emas. Di bagian tengah atas, terdapat kaligrafi timbul Asma'ul Husna berbentuk koin dengan diameter 150 cm dan berwarna emas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun