Mohon tunggu...
MUTIARA HURUL AINI
MUTIARA HURUL AINI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi 2024, Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

7 Unsur Kebudayaan Suku Samin yang Menjadi Warisan Adat hingga Kini

13 Desember 2024   22:31 Diperbarui: 13 Desember 2024   22:31 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat Samin tidak pernah mempelajari maupun menggunakan Bahasa asing atau Bahasa yang bukan Bahasa Jawa, hal ini disebabkan pandangan mereka bahwa sebagai orang Jawa maka harus berbahasa Jawa pula, maka dari itu tidak pantas menggunakan Bahasa asing.

Namun seiring dengan berkembangnya zaman, suku samin mulai mengenal  tingkatan Bahasa Jawa yaitu krama, meskipun tidak menggunakan tingkatan Bahasa jawa seperti umumnya yang lebih kompleks. Mereka akan menggunakan Bahasa jawa krama jika berkomunikasi dengan orang di luar suku samin. Bahasa jawa ngoko sekarang hanya digunakan di ranah keluarga dan juga saat berkomunikasi dengan sesama masyarakat samin. Bahkan, golongan muda masyarakat samin sekarang sudah menggunakan jawa krama saat berbicara dengan orang yag lebih tua untuk menghormati lawan.

Sistem peralatan dan teknologi 

Menurut penelitian yang dilakukan, suku Samin, yang terkenal dengan ajaran dan tradisi unik mereka, memiliki sistem peralatan hidup yang sesuai dengan prinsip sosial dan budaya mereka. Berikut adalah beberapa aspek penting dari sistem peralatan hidup pada suku samin : Alat Tradisional Pertanian Masyarakat samin menggunakan alat sederhana ini untuk bertani dengan melihat ke efektifannya, seperti Cangkul : Untuk menggali tanah, Sabit : Memanen padi atau tanaman lainnya, Keranjang : Mengumpulkan dari hasil panen, Penggunaan alat ini menunjukkan kesadaran komunitas tentang cara memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan.

Pada Arsitekrur rumah yang dimana Prinsip gotong royong, atau sambatan, digunakan untuk membangun rumah tinggal suku Samin. Ciri-ciri rumah mereka termasuk seperti Desain Tradisional: Rumah limasan atau joglo yang menggunakan bahan alami seperti kayu dan bambu. Fungsi Ruang: Ruang dalam rumah biasanya tidak memiliki sekat, yang memungkinkan keluarga berkumpul, sementara dapur terpisah

Dengan hubungan mereka dengan alam, masyarakat Samin menerapkan prinsip keberlanjutan dalam pengelolaan sumber daya, seperti menggunakan kayu dan bahan bangunan, Menghindari eksploitasi lingkungan yang berlebihan

Walaupun mereka menghargai tradisi, masyarakat Samin juga mulai menggunakan teknologi modern. Misalnya, penggunaan traktor dalam pertanian dan penggunaan bahan bangunan tradisional seperti batu bata dan genteng untuk atap. Perubahan ini, bagaimanapun, dilakukan dengan mempertahankan nilai-nilai tradisional.

Ajaran nenek moyang Samin, seperti kejujuran, gotong royong, dan sikap saling membantu, sangat memengaruhi prinsip hidup masyarakat Samin. Kehidupan sehari-hari mereka didasarkan pada prinsip-prinsip ini, yang membantu memperkuat hubungan komunitas. Masyarakat ini terkenal dengan prinsip hidup sederhana dan kemandirian, serta penolakan terhadap banyak aspek modernitas, terutama yang dianggap bertentangan dengan nilai-nilai mereka. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, terjadi perubahan signifikan dalam cara mereka berinteraksi dengan teknologi.

Meskipun suku Samin memiliki sejarah panjang yang mengedepankan nilai-nilai tradisional, mereka juga mulai mengadopsi teknologi modern untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Salah satu alat yang paling terlihat adalah penggunaan telepon seluler. Dengan adanya telepon seluler, anggota masyarakat dapat berkomunikasi dengan lebih mudah, baik di dalam komunitas maupun dengan orang luar. Ini tidak hanya memperkuat ikatan sosial tetapi juga membuka akses terhadap informasi dan peluang baru.

Dalam sektor pertanian, yang merupakan mata pencaharian utama bagi banyak anggota suku Samin, penggunaan alat modern seperti traktor dan mesin pemotong padi mulai diperkenalkan. Alat-alat ini membantu meningkatkan efisiensi kerja dan hasil panen. Meskipun demikian, masyarakat Samin tetap menjaga metode pertanian tradisional yang ramah lingkungan, seperti penggunaan pupuk organik dan teknik bercocok tanam yang berkelanjutan. Kombinasi antara teknologi modern dan praktik tradisional ini menciptakan sistem pertanian yang lebih produktif tanpa mengorbankan prinsip keberlanjutan.

Meskipun ada banyak manfaat dari adopsi teknologi, masyarakat Samin juga menghadapi tantangan. Salah satunya adalah risiko kehilangan identitas budaya di tengah arus modernisasi. Oleh karena itu, penting bagi mereka untuk menemukan keseimbangan antara memanfaatkan teknologi untuk kemajuan ekonomi dan sosial sambil tetap menjaga nilai-nilai tradisional yang telah menjadi bagian integral dari identitas mereka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun