Hai, saya mau perkenalan dulu...
Nama saya Mutiara Eria Hanifa, biasanya dipanggil Aya. Saya seorang mahasiswa Universitas Bung Hatta, Padang. Saya jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Sekarang saya sedang mengikuti program Pertukaran Mahasiswa Merdeka 4. Alhamdullillah saya dapat merasakan kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia, tepatnya saya bisa merasakan bagaimana suasana kota Bandung.Â
Teman-teman tentunya sudah tidak asing lagi dengan kota Bandung. Bandung adalah kota terbesar ketiga di Indonesia dan ibu kota provinsi dari Jawa Barat. Kota ini terkenal dengan sebutan "Paris van Java" karena memiliki gaya arsitektur yang unik dan budaya yang kaya. Bandung juga dikenal sebagai pusat mode dan kreativitas, dengan banyak pusat perbelanjaan, kafe, galeri seni, dan acara budaya yang menarik. Selain itu, Bandung memiliki banyak destinasi wisata seperti Tangkuban Perahu, Kawah Putih, dan masih banyak destinasi lainnya.
Nah, teman-teman pasti juga sudah tau apa kegiatan yang paling ditunggu oleh teman-teman PMM. Yaps betul, Kegiatan Modul Nusatara. Modul Nusantara adalah program yang dicanangkan oleh Kemendikbud Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang warisan budaya mereka dan memperkuat rasa nasionalisme. Intinya kegaiatan Modul Nusantara ini menurut saya kegiatan jalan-jalan, refreshing, dan tentunya memiliki nilai edukasi.
Jadi kegiatan Modul Nusantara pertama kami dilakukan di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Bandung, atau biasanya orang bandung bilang "Tahura". Ada apa aja sih yang ada di Tahura?
Ada banyak wisata menarik yang bisa kita kunjungi di Tahura seperti Goa Belanda, Goa Jepang, Monumen Ir.H. Juanda, Batu Batik, Curug Dago, Curug Lalay, Curug Omas, Tebing Keraton, dan Penangkaran Rusa. Tak hanya itu, di Tahura memilki banyak pohon pinus besar, dan masih banyak pohon lainnya yang saya tidak tahu pasti nama pohonnya. Dengan adanya pepohonan tersebut tentunya saya jadi merasa nyaman dan rileks selama melakukan perjalanan disana.
Di Tahura kami hanya mengunjungi beberapa objek wisatanya yaitu Goa Jepang, Goa Belanda, Penangakaran Rusa, dan Batu Batik.
Goa Jepang
Goa Jepang ini merupakan salah satu goa yang terkenal di Bandung yang ada di Tahura. Goa Jepang dibangun pada tahun 1942.
Begitu instalasi militer Hindia Belanda dikuasai seluruhnya maka tentara Jepang membangun jaringan goa tambahan untuk kepentingan pertahanan di Pakar, dimana letaknya tidak jauh dari Goa Belanda. Konon pembangunan Goa ini dilakukan oleh para tenaga kerja secara paksa yang pada saat itu disebut "romusa" atau "nala karta". Goa tambahan ini yang terdapat di daerah perbukitan Pakar tepatnya berada dalam wilayah Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda mempunyai 4 pintu dan 2 saluran udara. Dilihat dari lokasi, dan bentuknya Goa ini diperkirakan berkaitan dengan kegiatan dan fungsi strategi kemiliteran. Lorong-lorong dan ruang-ruang yang terdapat pada Goa ini dapat dipergunakan sebagai markas , maupun tempat penyimpanan peralatan dan logistik. Selama pendudukan Jepang di Indonesia, daerah Pakar yang sekarang Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dipergunakan untuk kepentingan militer dan tertutup untuk masyarakat.
Goa tambahan yang dibangun pada masa pendudukan Jepang dinamakan Goa Jepang. Goa Jepang saat ini dapat dimasuki aman dan dijadikan sebagai tempat wisata yang penuh pesona karena alam sekitarnya yang sangat indah dan memiliki nilai sejarah.
Goa Belanda
Selanjutnya, tidak jauh dari goa Jepang, sekitar 5 menit berjalan kita akan menemukan goa Belanda ini. Pada awalnya gua yang di bangun pada tahun 1901 ini dipergunakan untuk perusahaan yang bergerak dibidang pembangkit listrik tenaga air. Namun, pada tahun 1918 Belanda melakukan renovasi dengan menambah lorong dan koridor dalam gua yang berada di daerah Dago Pakar ini. Pembangunan yang dilakukan oleh Belanda mencakup 15 lorong dan 3 koridor. Pada tahun 1941 Belanda merubah fungsi Gua yang pada awalnya berfungsi untuk saluran air dan dirubah menjadi pusat komunikasi. Ini dilakukan pihak Belanda untuk mencegah perlawanan yang dilakukan para pejuang tanah air Indonesia.
Setelah jaman kemerdekaan berada di pihak Indonesia, pada 14 Januari 1985, Gua Belanda dijadikan tempat wisata dan menjadi tujuan wisatawan lokal dan asing.
Setelah mengeksplore goa-goaan, kami melanjutkan perjalanan menuju Penangkaran Rusa dan Batu Batik. Di penangkaran Rusa tersebut kita bisa berinteraksi dengan Rusa-rusa tersebut dengan memberi makanan seperti wortel, jangan khawatir di sekitar penangkaran Rusa tersebut banyak pedagang yang sudah menyediakan makanan Rusa tersebut. Tidak puas hanya sampai di penangkaran Rusa, karena penasaran kami melanjutkan perjalanan menuju objek wisata Batu Batik.Â
Batu Batik
Ternyata ada nama lain dari Batu Batik ini, yaitu "Batu Selendang Dayang Sumbi" . Kepala Tahura Djuanda Lianda Lubis mengatakan Batu Selendang Dayang Sumbi ini berasal dari lava Gunung Tangkuban Perahu ribuan tahun lalu. Dan batu ini memiliki corak yang mirip dengan batik. Masyarakat Geografi Indonesia, T. Bachtiar mengatakan jejak lava itu begitu eksotis karena membentuk pola lipatan berulang dengan ukuran dan jarak yang sama. Ada lipatan yang lancip dan gemuk tergambar secara vertikal, hingga membentuk corak batik.
Setelah merasa puas dan capek mengekplore objek wisata yang ada di Tahura, dan langitpun sudah mulai ditutupi awan hitam akhirnya kami memutuskan melanjukan perjalanan untuk pulang. Tentunya sebelum pulang menuju tempat peristarahan masing-masing kami melakukan kegiatan makan bersama terlebih dahulu.
"Sejarah tidak pernah benar-benar mengucapkan selamat tinggal. Sejarah mengatakan, 'Sampai jumpa'." - Eduardo Galeano
Sampai jumpa diperjalanan selanjutnya....
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Bandung -- 18 Februari 2024
Reporter : Mutiara Eria Hanifa
Editor : Salsa Solli Nafsika, M.Pd
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H