Goa tambahan yang dibangun pada masa pendudukan Jepang dinamakan Goa Jepang. Goa Jepang saat ini dapat dimasuki aman dan dijadikan sebagai tempat wisata yang penuh pesona karena alam sekitarnya yang sangat indah dan memiliki nilai sejarah.
Goa Belanda
Selanjutnya, tidak jauh dari goa Jepang, sekitar 5 menit berjalan kita akan menemukan goa Belanda ini. Pada awalnya gua yang di bangun pada tahun 1901 ini dipergunakan untuk perusahaan yang bergerak dibidang pembangkit listrik tenaga air. Namun, pada tahun 1918 Belanda melakukan renovasi dengan menambah lorong dan koridor dalam gua yang berada di daerah Dago Pakar ini. Pembangunan yang dilakukan oleh Belanda mencakup 15 lorong dan 3 koridor. Pada tahun 1941 Belanda merubah fungsi Gua yang pada awalnya berfungsi untuk saluran air dan dirubah menjadi pusat komunikasi. Ini dilakukan pihak Belanda untuk mencegah perlawanan yang dilakukan para pejuang tanah air Indonesia.
Setelah jaman kemerdekaan berada di pihak Indonesia, pada 14 Januari 1985, Gua Belanda dijadikan tempat wisata dan menjadi tujuan wisatawan lokal dan asing.
Setelah mengeksplore goa-goaan, kami melanjutkan perjalanan menuju Penangkaran Rusa dan Batu Batik. Di penangkaran Rusa tersebut kita bisa berinteraksi dengan Rusa-rusa tersebut dengan memberi makanan seperti wortel, jangan khawatir di sekitar penangkaran Rusa tersebut banyak pedagang yang sudah menyediakan makanan Rusa tersebut. Tidak puas hanya sampai di penangkaran Rusa, karena penasaran kami melanjutkan perjalanan menuju objek wisata Batu Batik.Â
Batu Batik
Ternyata ada nama lain dari Batu Batik ini, yaitu "Batu Selendang Dayang Sumbi" . Kepala Tahura Djuanda Lianda Lubis mengatakan Batu Selendang Dayang Sumbi ini berasal dari lava Gunung Tangkuban Perahu ribuan tahun lalu. Dan batu ini memiliki corak yang mirip dengan batik. Masyarakat Geografi Indonesia, T. Bachtiar mengatakan jejak lava itu begitu eksotis karena membentuk pola lipatan berulang dengan ukuran dan jarak yang sama. Ada lipatan yang lancip dan gemuk tergambar secara vertikal, hingga membentuk corak batik.
Setelah merasa puas dan capek mengekplore objek wisata yang ada di Tahura, dan langitpun sudah mulai ditutupi awan hitam akhirnya kami memutuskan melanjukan perjalanan untuk pulang. Tentunya sebelum pulang menuju tempat peristarahan masing-masing kami melakukan kegiatan makan bersama terlebih dahulu.
"Sejarah tidak pernah benar-benar mengucapkan selamat tinggal. Sejarah mengatakan, 'Sampai jumpa'." - Eduardo Galeano
Sampai jumpa diperjalanan selanjutnya....