Buku Slow Living karya Sabrina Ara merupakan buku motivasi yang diterbitkan oleh Syalmahat Publishing pada tahun 2023. Setelah bukunya yang berjudul Sayangi Dirimu, Berhenti Menyenangkan Semua Orang best seller, penulis yang aktif sebagai pegiat literasi di Yogyakarta tersebut menerbitkan buku ini, Slow Living, Hidup Bukanlah Pelarian, tapi Perjalanan.
Dengan konsep hidup melambat, kita bisa mengatur kecepatan sesuai kemampuan diri sendiri tanpa membandingkannya dengan orang lain. Kita perlu memberikan keleluasaan untuk tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik dengan cara kita sendiri. Bisa menjalani hidup dengan lebih santai dan tidak tergesa-gesa namun, target-target tetap tercapai. Untuk itu, kita seharusnya tidak berfokus pada tekanan melainkan bergerak pasti menemukan solusi yang lebih manusiawi bagi diri sendiri.
Buku yang berjumlah 116 halaman ini terdiri dari 8 bab yang dikemas secara sistematis. Dimulai dengan pembahasan peradaban zaman yang menuntut kita bergerak cepat, produktif tanpa sibuk, mengapa slow living itu penting, mengenal konsep gerakan lambat, menerima takdir, menikmati momen setiap saat hingga pilihan hidup melambat yang prestisius.
Peradaban yang serba cepat seringkali menimbulkan rasa takut pada ketertinggalan. Terkadang kita memaksa diri untuk berlari lebih cepat dan menuntut produktif. Padahal menjadi produktif belum cukup untuk menghasilkan sesuatu yang menguntungkan. Dengan Slow Living, kita diajak untuk menjalani hidup dengan penuh kesadaran. Sadar dengan situasi yang dihadapi, sadar terhadap aktivitas yang dilakukan, sadar dengan apa yang kita butuhkan, dan berusaha ada pada waktu saat ini untuk menjalankannya sebaik mungkin.Â
Dalam buku ini, penulis memaparkan manfaat melambatkan ritme dalam hidup, memberikan cara-cara yang bisa dicoba agar kita bisa menjalani hidup yang positif dan produktif. Selain itu, pembaca bisa mengisi lembaran maupun latihan self talk yang sudah disiapkan penulis pada bab tertentu. Beberapa kutipan bijak yang disajikan dapat mendorong kita untuk merenungkan kembali bagaimana kehidupan yang sudah kita jalani. Apakah kita hidup sesuai yang diinginkan? Apakah kita sudah bersyukur karena diizinkan untuk hidup?
Terkadang, kita terlalu sibuk hingga tanpa sadar telah mengabaikan banyak hal penting dalam hidup. Seperti kesehatan, waktu istirahat, kebahagiaan, kesempatan bersama orang-orang tercinta. Padahal hidup di dunia ini hanyalah sementara. Apa yang kita miliki bisa kapan saja pergi. Kita pun tak pernah tahu berapa lama lagi kita hidup di dunia. Maka dari itu, sudah sepatutnya kita mensyukuri waktu yang berharga dengan menikmati setiap momen dan menjalaninya tanpa tergesa.
Buku ini menyampaikan kata-kata yang mudah dipahami disertai poin-poin yang lebih rinci. Penulisan gaya bahasa yang ringan menjadi salah satu kelebihan buku ini. Dalam padatnya aktivitasnya sehari-hari, buku ini bisa habis dibaca sekali duduk. Cocok dibaca untuk remaja maupun dewasa yang tengah merasa gelisah maupun ingin menambah wawasan baru.
Nyatanya, hidup cepat belum tentu tepat untuk semua orang. Mungkin ada orang yang suka berlari, tak sedikit juga yang suka berjalan kaki. Memang akan lebih lambat tetapi pada akhirnya juga akan sampai. Kita tak perlu mengambil kecepatan yang sama dengan orang lain karena kemampuan masing-masing orang pasti berbeda.
Alon-alon waton kelakon (pelan-pelan asalkan terlaksana), pepatah Jawa tersebut mungkin tepat untuk konsep hidup melambat ini. Hidup santai dengan melambat ini menjadi pilihan yang prestisius daripada hidup ambisius. Bergerak cepat di lintasan yang tidak cocok justru akan membuat diri tersiksa. Cobalah melambat, sebab hidup adalah perjalanan bukan pelarian.
Selamat membaca