Mohon tunggu...
Mutiara Dwi Z
Mutiara Dwi Z Mohon Tunggu... Sejarawan - Mahasiswi Sejarah UNAND

Saya seorang pecinta sejarah dan alam yang suka berkeliling mencari sesuatu untuk apresiasi dan diteliti

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pembegal Bergelar

10 Januari 2024   14:14 Diperbarui: 10 Januari 2024   14:46 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kampus, tempat ini katanya mendidik manusia di tingkatan yang lebih  tinggi. Namanya saja Perguruan Tinggi, ilmu yang diajari tentulah tinggi pula. Kampus itu pengajarnya bergelar, berpangkat, berpikiran terbuka dan ber ber selanjutnya. Di awal dan akhir namanya ada pula singkatan, S.H, S. Hum, S. Pd, S teh, S doger, dan es lainnya. Konon katanya gelar ini akan menambah wibawa mereka.

Mereka yang diajar oleh orang-orang bergelar tadi namanya "Mahasiswa". Di depan kata 'siswa' ada kata 'Maha'. Untuk mendapatkan kata 'Maha' ada pula perjuangan yang harus dilalui. Di antara mereka ada yang harus menyebrangi desa, kecamatan, kota, provinsi, pulau hingga negara dan benua. Ada yang menjadi harapan keluarga dan harapan desa. Mereka dibekali do'a, cita-cita, dan tentunya uang oleh keluarganya di kampung.

Dulu di mata Mahasiswa-mahasiswa ini, kampus itu tempat yang elit, formal, bersih, dan keren. Apa lagi kalau nama kampusnya sudah tersohor dan viral. Profil Instagram-nya pasti tertulis jurusan dan angkatannya di kampus itu, seperti; Law 19", Mahasiswa Ekonomi 20", Sastra Mesin 18", Teknik Sejarah 21" dan lainnya lah.

Kampus viral karna prestasinya bagus, tapi kampus viral karena skandalnya itu baru minat di kita. Makanan sehari-hari netizen kan viral-viralan. Akhir-akhir ini (mungkin juga sudah dari zaman Menganthropus) banyak cara yang ditempuh kampus-kampus untuk dapat menjadi kampus yang viral dan tersohor. Yang paling marak dan mudah ya Pelecehan Seksual.

Pelecehan seksual di kampus bersemi seiring dengan datangnya mahasiswa baru dan mahasiswa akhir yang berada di fase skripsian. Korban-korban skandal ini biasa perempuan. Perempuan-perempuan polos dari kampung yang diamanahkan untuk belajar dengan baik di kampus. Perempuan-perempuan lugu yang akan membawa nama baik keluarga setelah lulus nantinya.

Dapat dilihat dari beberapa kasus yang berhasil mengangkat nama buruk kampusnya seperti berikut. Dosen FISIP UNRI tahun 2021 lalu memaksa mencium pipi, kening dan bibir mahasiswi bimbingannya. Dosen FKIP UNSRI di tahun yang sama juga melecehkan beberapa mahasiswi bimbingannya pula. Dosen FIB UNAND di tahun 2022 juga ikut-ikutan melecehkan mahasiswinya.

Ya, mereka semua dosen, seorang pengajar dan pembimbing. Namun sayang, pikirannya dipenuhi nafsu, nafsu yang membuatnya selalu butuh asupan seks. Dikit-dikit cium, dikit-dikit goda, dikit-dikit peluk, yang banyak cuma gelarnya, adabnya? tentu minus. Pengetahuan yang katanya luas, tapi tidak menyentuh kemanusiaan. Ilmu yang katanya tinggi tapi jomplang dengan kelakuannya. Sudahkah dididik adab dosen-dosen ini dahulunya?

Ternyata bekal cita-cita dan harapan tidak cukup untuk menjadi sarjana atau diploma. Banyak dari mereka harus membayar dengan kesehatan mental dan harga diri yang diambil secara paksa. Jikalau secara paksa, bukan lagi membayar namanya, tapi dibegal. Pelaku-pelaku tadi membegal mereka yang hendak menggapai mimpi. Pembegal bergelar ini terlalu rakus. Barang yang dibegal bukan hanya harga diri,  harapan dan cita-cita. Mereka juga membegal masa depan, kepercayaan dan mental korbannya.

Apakah ini kampus yang katanya elit, formal dan keren tadi? Apakah ini gambaran pengajar di kampus? Pengajar yang katanya pintar, pengajar yang katanya berwibawa dengan gelarnya?

Kampus itu sarangnya Pembegal Bergelar. Pembegal yang wajib dilindungi kampusnya. Kelakuan pengajarnya tidak boleh sampai ke publik, jika sampai maka harus di tutupi. Biar menjaga nama baik katanya. Hah, kocak!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun