Teori behavioristik sudah sangat familiar di kalangan guru terutama di kelas PAUD. Salah satu penggagas teori behavioritik adalah Ivan Pavlov yang dikenal dengan "classical conditioning." Menurut Terrace (1973) classical conditioning adalah memberikan stimulus sebelum terjadinya refleks.Â
Teori ini pernah diuji coba pada seekor anjing. Ketika seekor anjing akan diberikan makanan (unconditioned stimulus), dengan cara mengetuk tempat makanannya (conditioned stimulus).Â
Maka terjadilah refleks pengeluaran air liur (unconditioned response). Bila dalam pengetukan tempat makan tanpa dibarengi dengan pemberian makanan (reinforcement), maka respon yang dikehendaki pengeluaran air liur akan berkurang.
Berdasarkan eksperimen yang dilakukan Pavlov, teori belajar mengedepankan perubahan perilaku siswa sebagai hasil pembelajaran. Perubahan tingkah laku terjadi karena adanya interaksi antara stimulus dan respon.Â
Penerapan teori ini dalam pembelajaran dapat dilakukan ketika guru lebih banyak memberikan instruksi pengerjaan atau memberikan banyak latihan, guru juga dituntut memiliki kemampuan memberikan penguatan (reinforcement) kepada siswa. Kelebihan teori ini yaitu siswa dilatih melakukan pembiasaan positif seperti kecepatan, refleks dan daya tahan. Kekurangan teori ini adalah guru sebagai pusat pembelajaran, sehingga siswa pasif karena siswa harus mengikuti instruksi dari guru.
Teori behavioristik tidak selalu buruk untuk diterapkan di dalam kelas. Guru harus cerdik dalam melihat kebutuhan kelas. Terutama di kelas PAUD, teori ini masih sering digunakan untuk membiasakan hal positif melalui latihan atau apresiasi dari guru kepada siswa. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H