Secara etimologi, kata akidah ('aqidah) berasal dari huruf akar ayn, qaf, dan dal yang membentuk kata al-'aqd yang berarti menghimpun atau memadu- kan berbagai unsur. Sementara itu, Ibn Manzhur menyebutkan beberapa pengertian mengenai aqidah. Pertama, kata 'aqidah berasal dari kata benda al-'aqd yang berarti simpul atau tali. Kedua, kata 'aqidah berasal dari kata benda al-'uqdah yang berarti ikatan yang kuat. Ketiga, kata 'aqidah berasal dari kata benda al-'aqd yang berarti 'al-ahd, perjanjian luhur Aqidah ('aqidah) menurut terminologinya adalah keyakinan yang dianut oleh mukmin atau tali yang memutuskan hubungan mukmin dengan Tuhannya (tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah) yang terikat kuat di hati hingga berakar dan meresap serta senantiasa dihidupi dalam kesadaran beragama. Keyakinan itu ada yang kuat sehingga tidak putus sampai akhir hayat, ada yang longgar, dan ada pula yang patah atau lepas. Al-Qur'an memberikan gambaran bahwa keimanan orang beriman tetap teguh dan tidak terputus hingga akhir hayat, sebagaimana terdapat pada ayat Al-Qur'an berikut ini.
'Tidak ada paksaan dalam (memeluk) agama (Islam). Sesungguhnya jalan yang lurus sudah jelas dari jalan yang salah. Barangsiapa mendurhakai rasa takut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. .Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Q.S. Al-Baqarah [2]: 256)
HUBUNGAN AKIDAH DAN AKHLAK
Ajaran Islam dibagi ke dalam dua bagian, yakni keyakinan dan perbuatan Keyakinan disebut keyakinan, sedangkan tindakan disebut moral yang terbagi menjadi akhlak terhadap Tuhan, terhadap sesama manusia,
terhadap alam, dan terhadap lingkungan. Pengakuan Iman adalah panduan agar orang beriman beriman kepada Allah SWT menciptakan manusia. Oleh karena itu, Allah adalah satu-satunya yang berhak disembah oleh semua orang. Substansi keyakinannya sudah disimpulkan pada kalimat la ilaha ill Allah, yakni tidak ada Ilah selain Allah, yang melahirkan keyakinan bahwa tidak ada ibadah kecuali kepada Allah,
jangan mempersekutukan Tuhan dengan apa pun dan siapa pun, dan tidak mendewakan sesama manusia atau makhluk lain, seperti jin dan setan Meyakini bahwa zat Allah itu bersifat metafisik, mutlak, dan absolut,
tidak terlihat oleh mata, dan tidak terjangkau oleh pikiran manusia. Nabi
membimbing umat melalui sabdanya, "Pikirkanlah makhluk Allah, jangan
memikirkan sifat Tuhan."
AKIDAH LANDASAN AKHLAK MUSLIM
Â
Memiliki Tujuan Hidup Jelas
Tujuan hidup merupakan unsur penting yang menginspirasi dan mengarah- kan seseorang dalam bekerja, membangun etos kerja, memilih pekerjaan, dan mengisi kehidupan pribadi dan sosial. Al-Qur'an menjelaskan ada dua golongan manusia dalam menentukan tujuan hidup yang ditentukan oleh keyakinan atau akidah, yaitu manusia yang tujuan hidupnya mencari kehidupan dunia dan manusia yang tujuan hidupnya mencari kehidupan dunia dan akhirat. Tujuan hidup kedua golongan manusia ini tercermin dalam doa mereka masing-masing. Golongan pertama berdoa, "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia," dan di akhirat dia tidak memperoleh bagian apa pun. Adapun bunyi doa golongan kedua yaitu, "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungi- lah kami dari azab neraka."" Jadi, faktor penting yang membedakan dua golongan manusia ini adalah iman yang melahirkan akidah. Golongan pertama adalah manusia yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, sedangkan golongan kedua adalah manusia yang beriman kepada Allah dan hari akhir.
Keteguhan Hati
Keteguhan hati merupakan sifat dasar orang-orang beriman. Dengan kekuatan iman yang meresap menjadi kekuatan kata, kekuatan makna, kekuatan rasa, dan kekuatan jiwa, seorang yang beriman kepada Allah dan seluruh rukun iman adalah pribadi yang memiliki keteguhan hati. Orang-orang beriman yang berusaha mengoptimalkan potensi imannya akan dikuatkan pendiriannya oleh Allah sehingga menjadi pribadi yang memiliki keteguhan hati. Allah berfirman dalam Q.S. Ibrahim [14]: 27 yang artinya berbunyi, "Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh." Ucapan yang dimaksud adalah ucapan, "Tiada Tuhan selain Allah dalam kehidupan di dunia dan di akhirat."
Tidak Putus Asa
Ada dua istilah di dalam Al-Qur'an yang mengandung arti putus asa, yakni al-yasu, yang berarti kehilangan harapan (hopeless), dan al-qant, yang ber- arti patah hati, kehilangan harapan, dan keputusasaan (despairing). Kedua istilah ini mencerminkan pribadi lemah yang harus diperkuat dengan memantapkan iman
Istikamah IstikamahÂ
(istiqamah) secara etimologi berasal dari kata kerja qama yang artinya berdiri, lalu mengikuti pola kata istaf'ala hingga menjadi istaqma yang berarti berusaha atau berjuang untuk tetap berdiri. Dengan demikian, istikamah memiliki tiga cakupan makna, yaitu tegak, tetap, dan lurus. Tegak menunjukkan dimensi vertikal, lurus menunjukkan dimensi
horizontal atau berada pada bidang datar, sedangkan tetap menunjuk-
kan keajekan atau konsistensi, baik pada dimensi vertikal maupun pada
bidang datar. Istikamah merupakan transformasi sifat Allah pada diri orang beriman yang bekerja billah, yaitu bekerja dengan kekuatan Allah
sehingga memiliki kekuatan untuk menirukan akhlak Allah di dalamkeseluruhan karakternya, yaitu tetap, tegak, dan lurus dalam kebenaran dan keuntungan. Dengan demikian, istikamah mencerminkan perjuangan seseorangberiman yang bekerja billh untuk menjadi pribadi yang memiliki keajekan sikap, pola kerja, dan produktifitas yang ditopang oleh keyakinan yang lurus kepada Allah dalam beribadah dan berbicara penuh motivasidasar menjadi hamba Allah yang memiliki keteguhan hati
Pengendalian Diri
Pengendalian diri merupakan mekanisme menjaga kelangsungan hidup dengan memprediksi segala risiko yang membahayakan agar terhindar dari kerugian, kehilangan, dan penyesalan. Selain itu, pengendalian diri juga merupakan piranti untuk menguatkan disiplin diri, mengukur kemam- puan diri secara objektif sehingga tidak memaksakan diri melakukan suatu perbuatan, sekadar menutupi kelemahan atau kekurangan, serta piranti untuk menahan ego agar tidak menjadi egoisme atau egoistik sehingga terhindar dari kesombongan dan memandang diri paling benar, bahkan mutlak benar, dan memandang orang lain salah. Dalam perspektif Al-Qur'an, pengendalian diri merupakan piranti untuk mengembangkan diri agar menjadi pribadi yang berjiwa mutma'innah, yakni tenang, damai, dan mantap dalam kebaikan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik suatu rangkuman sebagai berikut.Â
1. Secara etimologi, akidah berarti tali, ikatan, perjanjian, landasan, dan gagap (lidah). Sedangkan secara terminologi, akidah adalah ikatan iman yang mengokohkan hubungkan orang-orang beriman dengan Allah . Tali yang mengikat keimanan itu adalah syahadatain, yakni l ilaha illa Allah, Muhammad Raslullah (tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad itu utusan Allah) yang diikatkan dengan kuat di dalam hati hingga mengakar dan meresap serta senantiasa dihayati dalam kesadaran beragama. Terda- pat akidah yang kokoh sehingga tidak putus sampai akhir hayat, akidah yang longgar, dan akidah yang putus atau lepas.
2. Ajaran Islam dibagi ke dalam dua bagian, yakni keyakinan dan perbuatan. Keyakinan dinamakan akidah, sedangkan perbuatan dinamakan akhlak yang dibagi menjadi akhlak kepada Allah, kepada sesama manusia, kepada alam, dan kepada lingkungan hidup. Hubungan akidah dengan akhlak adalah hubungan antara iman dan amal saleh atau hubungan antara keyakinan dan perbuatan. Akidah memandu akhlak, akhlak dipandu akidah. Akidah memandu orang-orang beriman untuk memantapkan orientasi hidup dan kehidupan fokus kepada Allah. Allhu mabdaun, yakni Allah pangkal keberadaan kita, dan Allhu gyatuna, yakni Allah tujuan hidup kita. Manusia berasal dari Allah, diciptakan Allah, berada dalam genggaman Allah, dan akan kembali kepada Allah untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan-Nya.
3. Akidah adalah landasan yang menyangga akhlak Muslim. Di atas landasan akidah, akhlak dan kepribadian muslim berdiri tegak. Dengan akidah yang tertanam kuat pada jiwa, seorang muslim memiliki tuju an hidup yang jelas, keteguhan hati, tidak putus asa, istikamah, dan mampu mengendalikan diri dalam menghadapi berbagai kekuatan yang menggoyahkan pendirian muslim. Wa Allahu a'lam bi al-sawwab.
Dosen pengampuh Dr. H. Hamidullah Mahmud Lc.M.A
mata kuliah Akhlak tasawuf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H