Generasi Alpha, anak-anak yang lahir setelah tahun 2010, semakin akrab dengan gadget sejak usia dini. Sayangnya, terlalu banyak menatap layar gadget berisiko merusak kesehatan mental mereka. Terlalu banyak screen time yang mengandung paparan konten negatif dan kurangnya interaksi sosial langsung membuat mereka rentan terhadap masalah seperti kecemasan dan depresi. Para ahli khawatir hal ini dapat menghambat perkembangan otak dan kemampuan bersosialisasi mereka.
Kehidupan modern yang serba cepat membuat waktu interaksi orang tua dengan anak semakin terbatas. Hal ini membuat orang tua cenderung memberikan gadget kepada anak-anak mereka sebagai alternatif hiburan. Nyatanya, bermain di luar ruangan sangat penting untuk perkembangan fisik dan sosial anak-anak. Banyak orang tua memilih memberikan gadget kepada anak-anak mereka dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan perhatian, meskipun tanpa keterlibatan langsung. Salah satunya dengan cara orang tua yang memberikan screen time untuk anak mereka dan menggunakan gadget sebagai pengasuh. Akibatnya, anak-anak usia dua tahun sudah mahir mengoperasikan ponsel pintar. Kejadian ini menunjukkan betapa eratnya teknologi terintegrasi dalam kehidupan generasi terbaru dan membuat orang tua telah beradaptasi dengan era digital dalam mengasuh anak.
Sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa kecanduan media sosial di kalangan anak-anak Indonesia semakin mengkhawatirkan. Anak-anak Indonesia berusia 10-12 tahun rata-rata menghabiskan 2,5 jam per hari di media sosial. Â Waktu yang dihabiskan di depan layar secara berlebihan dapat memicu masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan, serta mengganggu pola tidur akibat paparan cahaya biru. Meskipun media sosial memudahkan interaksi sosial, penggunaan yang berlebihan justru dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mental anak-anak. Salah satu dampak serius dari screen time yang berlebihan adalah peningkatan risiko gangguan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD). Interaksi sosial yang terjadi secara online tidak dapat sepenuhnya menggantikan interaksi sosial langsung. Anak-anak yang terlalu banyak waktu dihabiskan di depan layar cenderung memiliki lingkaran pertemanan yang lebih sempit dan kesulitan membangun hubungan yang mendalam dengan orang lain. Hal ini dapat meningkatkan risiko perasaan kesepian, isolasi sosial, dan depresi.
Dampak negatif penggunaan gadget yang berlebihan pada generasi Alpha telah menjadi perhatian serius. Membatasi screen time bukan satu-satunya solusi. Penting bagi anak-anak untuk memiliki literasi digital yang baik. Mereka perlu belajar bagaimana menggunakan teknologi secara bijak, memilih konten yang sesuai, dan melindungi diri dari bahaya yang ada di dunia maya. Beberapa pihak harus mengambil tindakan untuk mengatasi masalah ini. Salah satu solusi yang efektif adalah membatasi waktu penggunaan gadget secara ketat. Orang tua disarankan untuk membuat jadwal penggunaan gadget yang jelas dan konsisten, serta menciptakan ruang bebas gadget di rumah. Selain membatasi waktu, memberikan kegiatan yang lebih produktif juga sangat penting. Kegiatan seperti membaca buku, bermain olahraga, atau mengikuti kelas seni dapat mengalihkan perhatian anak-anak dari layar gadget. Sekolah juga dapat berperan aktif dengan mengadakan program-program yang mendorong aktivitas fisik dan kreativitas siswa. Bimbingan konseling di sekolah memiliki peran penting dalam mengatasi dampak negatif screen time pada generasi Alpha. Konselor sekolah dapat memberikan dukungan emosional kepada siswa yang mengalami kesulitan akibat penggunaan gadget yang berlebihan, seperti kecemasan, depresi, atau masalah dalam bersosialisasi. Selain itu, konselor juga dapat memberikan edukasi tentang penggunaan teknologi yang sehat, membantu siswa mengembangkan keterampilan manajemen waktu, dan mengajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi stres. Melalui sesi konseling, siswa dapat belajar untuk menyeimbangkan kehidupan digital dan kehidupan nyata, serta mengembangkan kebiasaan yang lebih sehat dalam menggunakan teknologi. Dalam proses ini, konselor membantu generasi alpha menjelajahi nilai-nilai, minat, dan tujuan hidup generasi alpha, membimbing mereka dalam mengenali potensi positif dan mengatasi ketidakpastian masa depan.
Peran pemerintah dan industri teknologi juga tidak kalah penting. Pemerintah perlu membuat regulasi yang lebih ketat terkait konten yang ditujukan untuk anak-anak, sementara industri teknologi perlu mengembangkan fitur-fitur yang memungkinkan orang tua untuk mengontrol penggunaan gadget anak-anak mereka. Orang tua dan guru perlu mengajarkan anak-anak tentang literasi digital, cara membedakan informasi yang benar dan salah, serta bahaya dari dunia maya. Dengan demikian, anak-anak dapat menjadi pengguna internet yang cerdas dan bertanggung jawab.
Mari kita bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi generasi Alpha. Dengan memberikan dukungan yang memadai, termasuk akses ke layanan bimbingan konseling, kita dapat membantu mereka tumbuh menjadi generasi yang cerdas, kreatif, dan memiliki kesejahteraan mental yang baik.