Bahtera mendung telah merapat di tepi Jogja
Berjuta gentong air satu-satu diangkut kuli
Sebelum seluruhnya dihuyur di atas tanah yang menganga kehausan
Ya, musim ini sudah dimulai
Musim ketika aku harus lebih banyak menunduk ketimbang mengutuk
*
Jogjaku dimandikan
Oleh mendung yang dibawa dari laut seberang
Dan satu-satu udaraku terteguk enak
Tepat ketika sang surya mengintip dari balik singgasananya
*
Jogjaku dibersikan
Dan dua-dua tanah itu berjingkrak kecil
Tatkala percik air menggelitiknya geli
Tepat saat gerimis pertama menampakkan rupa
*
Jogjaku dirimbunkan
Dan tiga-tiga pepohon menunduk syukur
Menyesap tiap sedotan air dari Tuhannya
Tepat ketika tanah telah menyisakan tangkapannya
*
Jogjaku disucikan
Dari celetukan yang menyulut api murka
Dari gemeletuk bara yang berceceran di jalan raya
Dari geguyon para lakon yang berakhir sampah
Dari noda rakyat hingga sang raja
*
Ya, musim telah mengganti lembar baru
Saat aku harus lebih banyak menunduk ketimbang mengutuk
***
Keyongan Kidul, 9 November 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H