Mohon tunggu...
Mutiara Ayu Miftahul Hayati
Mutiara Ayu Miftahul Hayati Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Dari pena akan kulahirkan dunia

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jogja Dicuci

16 November 2014   02:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:43 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bahtera mendung telah merapat di tepi Jogja

Berjuta gentong air satu-satu diangkut kuli

Sebelum seluruhnya dihuyur di atas tanah yang menganga kehausan

Ya, musim ini sudah dimulai

Musim ketika aku harus lebih banyak menunduk ketimbang mengutuk

*

Jogjaku dimandikan

Oleh mendung yang dibawa dari laut seberang

Dan satu-satu udaraku terteguk enak

Tepat ketika sang surya mengintip dari balik singgasananya

*

Jogjaku dibersikan

Dan dua-dua tanah itu berjingkrak kecil

Tatkala percik air menggelitiknya geli

Tepat saat gerimis pertama menampakkan rupa

*

Jogjaku dirimbunkan

Dan tiga-tiga pepohon menunduk syukur

Menyesap tiap sedotan air dari Tuhannya

Tepat ketika tanah telah menyisakan tangkapannya

*

Jogjaku disucikan

Dari celetukan yang menyulut api murka

Dari gemeletuk bara yang berceceran di jalan raya

Dari geguyon para lakon yang berakhir sampah

Dari noda rakyat hingga sang raja

*

Ya, musim telah mengganti lembar baru

Saat aku harus lebih banyak menunduk ketimbang mengutuk

***

Keyongan Kidul, 9 November 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun