Abdullah juga menjadi dosen di Akademi Dakwah Muhammadiyah Singapura dari 2000 hingga 2001. Serta dari sini Abdullah mulai aktif di lembaga pemerintahan dari 2001 hingga 2004 sebagai Wakil Ketua Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (PKPN). Menjadi penasihat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Namun ia mengundurkan diri dari KPK pada 2013 tetapi sempat mencalonkan diri menjadi pimpinan KPK pada 2011 namun gagal dalam seleksi. Tetapi berkat integritasnya yang tinggi Abdullah menerima banyak penghargaan, salah satunya Satya Lencana Wirakarya dari Presiden RI pada 2015.
3. Tentang Buku
 Melalui uraian dan teladan yang disajikan, buku ini mengajarkan bahwa kualitas seorang pemimpin tidak dinilai dari segi materi yang dimilikinya, melainkan seberapa besar dia mampu menjunjung tinggi integritas dan nilai-nilai luhur bangsa dalam setiap ucapan maupun tindakannya. buku ini dapat memberikan sudut pandang baru bahwa kepemimpinan yang selama ini seringkali hanya dikaitkan dengan prestise dan mewahnya gaya hidup, sejatinya justru harus diukur dari integritas sang pemimpin dalam menjunjung tinggi kebenaran dan kemaslahatan bangsa. Kesan mewah tak lebih dari bonus, bukan indikator utama kualitas kepemimpinan yang sesungguhnya.
4. Isi Buku
Bagian awal buku ini, pembaca diajak untuk memahami konsep dasar integritas yang menjadi tema sentral. Penulis mengawali dengan menguraikan makna integritas menurut bahasa, yakni kejujuran, ketulusan hati, dan kautuhan. Namun lebih dari definisi normatif, Abdullah Hehamahua menelaah lebih dalam hakikat integritas sebagai manifestasi kualitas batin seseorang yang tercermin dalam ucapan dan perilaku keseharian.Â
Orang berintegritas senantiasa berpegang pada prinsip kejujuran, komitmen terhadap visi dan misi, kedisiplinan, dan keberanian menanggung risiko atas keputusan yang diambil. Manifestasi integritas bisa beragam, mulai dari niat jahat yang mampu dikendalikan, menolak sogokan, hingga keteguhan pendirian dalam memilih jalan hidup.Â
Motivasi kunci orang berintegritas adalah keyakinan kuat atas kewajiban moralnya untuk bersikap benar dan adil. Didorong motivasi itu, dia sanggup mengendalikan berbagai godaan untuk berbuat serong, bahkan jika harus mengorbankan keuntungan pribadi sekalipun, Karena Fungsi integritas oleh Abdullah  Hehamahua bisa dibagi menjadi dua, yakni fungsi kognitif dan afektif yang memengaruhi cara individu bertindak dan bersikap secara objektif serta berpegang teguh pada prinsip moral di tengah berbagai situasi menguji integritasnya
Integritas merupakan nilai universal yang seharusnya dijunjung tinggi oleh semua elemen bangsa, mulai dari petani di pelosok desa hingga presiden yang memimpin negara. Terlebih, integritas menjadi prasyarat utama bagi mereka yang mengemban amanah besar dalam mengemban tugas penyelenggaraan negara. Seperti halnya di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), integritas menempati syarat pertama bagi setiap orang yang ingin menjadi bagian dari lembaga antirasuah tersebut.Â
Dalam nilai dasar KPK, integritas dijabarkan ke dalam enam pilar utama yang menjadi landasan etis para pegawainya. Keenam pilar itu meliputi: berperilaku jujur, konsisten dalam bertindak, berkomitmen pada visi misi KPK, objektif dalam menyikapi setiap persoalan, berani mengambil keputusan strategis beserta risikonya, serta disiplin dan bertanggung jawab atas segala kebijakan yang diambil. Seluruh proses tersebut perlu diperkuat dengan meneladani integritas para tokoh mulai dari Nabi Muhammad SAW, Muhammad Natsir, Umar Abdul Aziz, bahkan murid SD bernama Alif yang rela tidak naik kelas demi menolak memberi contekan pada temannya. Teladan mereka yang gigih memegang prinsip kebenaran di tengah godaan duniawi menjadi inspirasi penting dalam mengonstruksi karakter integritas secara utuh.
Eileen Rachman dan Rayini berpendapat bahwa terdapat 4 indikator utama yang menunjukkan integritas individu dalam sebuah organisasi, yaitu: apakah dia mematuhi kode etik organisasi, bagaimana cara menyelesaikan konflik kepentingan, komitmennya terhadap organisasi, serta kepeduliannya pada rekan kerja. Selain itu, kita juga bisa mengukur integritas melalui background check, assessment center, wawancara berbasis kompetensi, psikometri, serta tes kejujuran.Â
Dalam Islam sendiri, Nabi Muhammad mengajarkan cara mengukur integritas yang sahih yakni dengan memperhatikan konsistensi menjalankan salat wajib subuh dan isya, apakah rutin dilakukan atau tidak. Jika tidak rutin, maka dapat diduga memiliki integritas rendah atau munafik. Kita juga bisa menilai dari apakah dia mengerjakan salat secara berjamaah atau sendirian, serta melaksanakannya di masjid/mushola atau justeru dirumah saja.