Majas merupakan unsur penting dalam sastra yang digunakan untuk memperindah bahasa serta memberikan kedalaman makna pada karya tulis.
Di antara banyak jenis majas, dua yang paling umum digunakan adalah majas metafora dan majas simile. Meskipun keduanya berfungsi untuk membandingkan dua hal, terdapat perbedaan mendasar antara keduanya.
Majas simile, atau perbandingan langsung, merupakan majas yang mengaitkan dua hal dengan menggunakan kata penghubung seperti “seperti,” “bagaikan,” “laksana,” dan “umpama.” Penggunaan simile memudahkan pembaca untuk memahami kesamaan antara dua hal yang dibandingkan.
Contohnya, dalam kalimat “Dia berlari cepat seperti angin,” kata “seperti” menunjukkan bahwa laju seseorang tersebut sebanding dengan kecepatan angin, sehingga memberi gambaran yang jelas tentang kecepatan lari orang tersebut.
Contoh lainnya “Harapannya terbang tinggi seperti burung di angkasa” Membandingkan harapan dengan burung menekankan kebebasan dan tingginya cita-cita, membuat harapan terasa lebih menginspirasi.
Simile memberikan kesan yang lebih spesifik, di mana pembaca bisa dengan mudah menangkap makna yang ingin disampaikan. Simile sering digunakan dalam karya sastra, lagu, dan puisi untuk memberikan gambaran yang jelas, sehingga pembaca dapat membayangkan apa yang dimaksud penulis dengan lebih mudah.
Sebaliknya, majas metafora merupakan perbandingan tidak langsung yang mengaitkan dua hal tanpa menggunakan kata penghubung. Dalam majas ini, satu hal disamakan dengan hal lain secara langsung, menciptakan gambaran yang lebih kuat dan mendalam.
Sebagai contoh, dalam kalimat “Dia adalah raja di kelasnya,” pernyataan ini tidak menyatakan bahwa dia secara literal adalah raja, tetapi menggambarkan bahwa dia memiliki posisi yang sangat dihormati atau berpengaruh dalam konteks kelas tersebut.
Contoh lainnya “Hatiku adalah taman yang dipenuhi bunga-bunga indah” Menggambarkan hati sebagai taman menciptakan citra keindahan dan kebahagiaan yang bisa dinikmati orang lain.
Metafora dapat memberikan dampak emosional yang lebih besar, karena ia mendorong pembaca untuk merenungkan dan mencari makna di balik perbandingan tersebut.