Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Indonesia telah menjadi salah satu pilar penting dalam proses demokrasi di tingkat lokal. Sebagai bagian dari agenda desentralisasi, Pilkada memungkinkan warga di daerah untuk secara langsung memilih pemimpin yang dipercaya mampu membawa kemajuan bagi wilayahnya. Kota Bekasi, sebagai salah satu kota yang berkembang pesat di pinggiran Jakarta, menghadapi dinamika sosial dan ekonomi yang kompleks. Pemilihan Wali Kota Bekasi selalu menjadi ajang politik yang kompetitif, mengundang perhatian luas dari masyarakat dan aktor-aktor politik di wilayah tersebut. Sejak Pilkada Kota Bekasi tahun 2010 hingga 2020, dinamika politik daerah ini menunjukkan perubahan yang signifikan dalam pola kampanye dan preferensi pemilih. Setiap periode pemilihan membawa tantangan dan tren baru yang dipengaruhi oleh perkembangan sosial, ekonomi, serta teknologi komunikasi. Dalam konteks ini, strategi kampanye yang efektif tidak hanya menjadi penentu keberhasilan tetapi juga mencerminkan adaptasi kandidat terhadap perubahan di masyarakat. Pilkada Kota Bekasi tahun 2010 dan 2015 misalnya, didominasi oleh kampanye berbasis tatap muka yang lebih tradisional, dengan penggunaan media massa seperti koran, televisi lokal, dan radio untuk menjangkau pemilih. Isu-isu yang menonjol pada periode tersebut berkisar pada pembangunan infrastruktur, peningkatan layanan publik, dan pengelolaan sampah. Namun, pada Pilkada tahun 2020, tren digitalisasi mulai mendominasi kampanye, dengan penggunaan media sosial dan platform digital untuk menyampaikan pesan kepada segmen pemilih yang lebih muda dan lebih terhubung dengan teknologi.
Menjelang Pilkada 2024, pasangan calon Tri Adhianto dan Abdul Harris Bobihoe harus merancang strategi kampanye yang inovatif dan relevan, dengan mempertimbangkan lanskap politik dan kebutuhan pemilih yang terus berkembang. Analisis strategis menjadi kebutuhan yang sangat penting untuk memahami bagaimana pasangan ini dapat memanfaatkan tren baru, seperti meningkatnya peran media sosial, serta isu-isu yang paling memengaruhi pemilih saat ini, termasuk kesehatan, lingkungan, dan kesejahteraan ekonomi. Dengan mencermati data dan pelajaran dari Pilkada sebelumnya, pasangan calon diharapkan dapat mengembangkan pendekatan yang lebih terarah dan efisien dalam upaya memenangkan Pemilihan Wali Kota Bekasi 2024. Pemilihan Wali Kota Bekasi adalah momen penting bagi masyarakat dalam menentukan arah pembangunan dan pemerintahan kota untuk lima tahun ke depan. Dalam persaingan ini, setiap pasangan calon perlu memiliki strategi yang tepat untuk memenangkan hati dan dukungan masyarakat Dalam persaingan politik seperti ini, strategi kampanye memainkan peran penting dalam meraih dukungan masyarakat. Strategi kampanye yang efektif tidak hanya sekadar menarik perhatian, tetapi juga harus mampu membangun citra positif pasangan calon, menyampaikan visi dan misi yang relevan, serta menggalang dukungan dari berbagai segmen pemilih. Strategi kampanye memiliki peran penting dalam memenangkan pemilih, terutama di tengah meningkatnya persaingan politik dan keragaman karakteristik pemilih.
Gambar: bekasikeren.com
Dalam konteks pemilihan wali kota, strategi kampanye tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk memperkenalkan visi, misi, serta program kerja calon kepada masyarakat, tetapi juga sebagai sarana untuk membangun citra dan kepercayaan di kalangan pemilih. Menurut Mudde dan Kaltwasser (2018), strategi kampanye yang terencana dan responsif terhadap perubahan dinamika politik lokal dapat menjadi kunci dalam meningkatkan keterlibatan pemilih. Hal ini semakin relevan dalam Pilkada Kota Bekasi, di mana persaingan politik semakin ketat seiring dengan peningkatan kesadaran politik di kalangan masyarakat perkotaan. Strategi kampanye yang efektif tidak hanya memerlukan pengetahuan mendalam tentang kebutuhan dan aspirasi masyarakat, tetapi juga membutuhkan pemanfaatan peluang-peluang unik yang relevan dengan situasi sosial, ekonomi, dan politik lokal. Pasangan calon Tri Adhianto dan Abdul Harris Bobihoe dapat memaksimalkan potensi dukungan melalui pengembangan isu-isu strategis, seperti pembangunan infrastruktur, penguatan ekonomi lokal, dan peningkatan kualitas pelayanan publik. Selain itu, kemampuan untuk meraih perhatian pemilih muda melalui pemanfaatan media digital dan sosial media juga menjadi peluang signifikan dalam membangun koneksi dengan segmen pemilih yang lebih luas dan beragam.
Pasangan calon Tri Adhianto dan Abdul Harris Bobihoe menghadapi tantangan besar untuk membedakan diri secara efektif dari kandidat lain yang juga berkompetisi dalam Pemilihan Wali Kota Bekasi. Mengingat persaingan yang ketat, analisis strategis menjadi elemen yang sangat penting dalam perencanaan kampanye mereka. Melalui analisis yang mendalam, pasangan ini dapat memperoleh pemahaman yang komprehensif tentang lanskap politik Bekasi, karakteristik demografis serta psikografis pemilih, dan tren atau isu-isu krusial yang mempengaruhi opini publik. Analisis strategis memungkinkan tim kampanye mengidentifikasi segmen pemilih yang paling potensial dan merancang pesan-pesan yang sesuai dengan kebutuhan serta aspirasi masyarakat. Dengan informasi ini, pasangan calon dapat menyusun strategi komunikasi yang lebih efektif, memilih saluran media yang tepat, dan menentukan narasi kampanye yang mampu menarik perhatian serta membangkitkan rasa percaya dari masyarakat. Lebih dari itu, analisis ini juga membantu mereka mengoptimalkan sumber daya kampanye—baik dari segi keuangan, logistik, maupun waktu—sehingga efisiensi dan dampak kampanye dapat dimaksimalkan. Selain itu, dengan memahami isu-isu utama yang menjadi perhatian warga Bekasi, seperti infrastruktur, pendidikan, atau lapangan kerja, pasangan Tri Adhianto dan Abdul Harris Bobihoe dapat memposisikan diri sebagai solusi yang paling relevan dan diinginkan oleh pemilih, memperkuat daya saing mereka di hadapan publik.Artikel ini akan mengulas berbagai peluang strategis yang dapat digunakan oleh pasangan calon Tri Adhianto dan Abdul Harris Bobihoe dalam upaya memenangkan Pemilihan Wali Kota Bekasi. Dengan pendekatan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats), artikel ini akan menyoroti bagaimana peluang-peluang tertentu dapat dikembangkan menjadi keunggulan kompetitif, serta bagaimana ancaman dapat dikelola untuk meminimalkan risiko. Melalui pemahaman yang komprehensif ini, diharapkan pasangan calon mampu membangun strategi kampanye yang efektif, responsif terhadap kebutuhan masyarakat, dan berdampak positif dalam meningkatkan elektabilitas mereka di mata pemilih. Melalui analisis ini, diharapkan pasangan calon dapat memaksimalkan potensi kampanye mereka untuk meraih simpati dan dukungan yang luas dari masyarakat Bekasi, serta menciptakan strategi yang adaptif terhadap dinamika politik yang terus berkembang.
KAJIAN LITERATUR
Pengantar Komunikasi Politik Secara terminologi, politik (politics) dapat diartikan sebagai berikut. Misalnya, Laswell (1950, dalam Goodin; Klingemann, Dieter, 1996: 8, dalam Cholisin, 2012 :1) memberikan pengertian secara klasik (classic formmulation) tentang politik, yaitu “Politics as who gets what, when and how”. Miriam Budiarjo (2012: 8) mengartikan politik yaitu bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tuujuan-tujuan itu. Pengertian yang lebih komprehensif tentang politik dikemukakan Ramlan Surbakti, (1992: 10-11, dalam Cholisin 2012:1) yaitu interaksi antar pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilyah tertentu (Suryana C 2019)
Dalam bukunya yang berjudul Buku Ajar Komunikasi Politik, Marlinda Irwanti Poernomo (2023) mengungkapkan bahwa komunikasi politik adalah perpaduan antara dua konsep yang, meskipun tampak berbeda, memiliki hubungan erat dalam praktiknya. Komunikasi politik mengandung unsur "komunikasi" dan "politik" yang jika digabungkan, membentuk bidang kajian yang menarik dalam memahami dinamika hubungan antara individu, kelompok, dan institusi dalam konteks pengelolaan negara atau pemerintahan. Kata "komunikasi" sendiri, seperti yang telah diuraikan dalam Pengantar Ilmu Komunikasi, merujuk pada kegiatan yang dilakukan oleh manusia atau individu dalam kehidupannya sehari-hari untuk mengirimkan pesan berupa informasi, ide, atau perasaan kepada individu lain atau kelompok. Komunikasi merupakan fondasi penting dalam kehidupan sosial, karena memungkinkan manusia saling bertukar pikiran dan memahami sudut pandang orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi melibatkan beragam elemen seperti pengirim pesan, penerima pesan, saluran komunikasi, dan respons dari penerima yang menunjukkan pemahaman terhadap pesan yang disampaikan. Sementara itu, kata "politik" memiliki makna yang lebih luas dan seringkali berkaitan dengan kekuasaan dan pengambilan keputusan di tingkat negara atau pemerintahan. Secara etimologis, "politik" berasal dari kata Yunani polis, yang berarti "negara kota".
Pada masa kuno, polis merujuk pada bentuk pemerintahan kota yang mandiri di Yunani, di mana warga negara memiliki peran aktif dalam urusan publik dan pengambilan keputusan bersama. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan semakin kompleksnya struktur negara modern, makna politik juga mengalami perluasan. Saat ini, politik diartikan sebagai serangkaian upaya yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengatur kehidupan bersama. Menurut Heru (2017), politik mencakup aktivitas yang ditempuh warga negara untuk berdiskusi, merundingkan, dan mewujudkan tujuan bersama, termasuk dalam konteks pembuatan kebijakan dan peraturan yang mengikat seluruh anggota masyarakat. Dengan menggabungkan kedua konsep ini, komunikasi politik kemudian diartikan sebagai bentuk komunikasi yang secara khusus digunakan dalam proses-proses politik. Komunikasi politik berperan sebagai sarana yang memungkinkan pemimpin atau lembaga pemerintahan berinteraksi dengan masyarakat, menyampaikan kebijakan, serta mengarahkan opini publik ke arah tertentu. Dalam komunikasi politik, pesan yang disampaikan tidak hanya sekadar informasi, tetapi seringkali mengandung pesan persuasi yang bertujuan memengaruhi sikap dan pandangan masyarakat terhadap isu-isu publik.
Komunikasi politik juga dapat dilakukan oleh individu, organisasi, atau partai politik yang memiliki tujuan untuk memperoleh dukungan publik atau mencapai konsensus dalam mengambil keputusan yang berdampak luas pada masyarakat. Selain itu, komunikasi politik tidak hanya berlangsung pada masa kampanye atau pemilihan umum, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam proses pembuatan undang-undang, pengawasan kebijakan, hingga pembentukan opini publik mengenai isu tertentu. Komunikasi politik memiliki peran penting dalam menjaga keterbukaan dan akuntabilitas pemerintah terhadap rakyat, serta dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kehidupan politik. Dengan adanya komunikasi politik yang efektif, masyarakat dapat lebih memahami kebijakan yang diterapkan pemerintah, menyampaikan aspirasi, serta memberikan umpan balik terhadap kebijakan tersebut. Komunikasi politik adalah proses penyampaian informasi dan pesan politik melalui media dan saluran komunikasi untuk mempengaruhi pendapat publik, membentuk opini, dan memperoleh dukungan politik. Komunikasi politik juga melibatkan interaksi antara politisi, partai politik, media massa, dan masyarakat dalam rangka menciptakan, mempertahankan, dan mengembangkan kekuasaan politik. (Mc Quail, 2010).
Strategi kampanye politik merupakan serangkaian langkah terstruktur dan komprehensif yang dirancang oleh kandidat atau partai politik untuk meraih simpati dan dukungan dari pemilih dalam pemilihan umum. Strategi ini mencakup berbagai aspek, mulai dari perencanaan pesan yang efektif, pengelolaan citra publik, hingga pemilihan media komunikasi yang relevan untuk menyampaikan pesan tersebut. Dalam era digital saat ini, pemanfaatan media sosial, iklan digital, serta pendekatan langsung seperti kampanye door-to-door menjadi kunci untuk membangun hubungan yang lebih personal dengan pemilih. Kampanye yang strategis juga mempertimbangkan analisis pemilih dan segmentasi audiens guna memaksimalkan pengaruh dan meningkatkan peluang kemenangan. Fatimah (2018:13-14) dalam penelitiannya menguraikan beberapa aspek kunci yang harus diperhatikan dalam proses kampanye politik untuk meraih kemenangan.