Mohon tunggu...
Mutiara Rozz
Mutiara Rozz Mohon Tunggu... -

tak ada manusia yang sempurna, karena kesempurnaan hanya milikNYA

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Cinta Tanpa Syarat (Ternyata Tidak Mudah ???!!!)

27 Mei 2011   23:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:08 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian dari kita kebanyakan begitu mudah mendengar, atau bahkan dengan mudah mengucap kata "aku mencitaimu". Dimanapun dan kapanpun rasanya banyak yang mengucapkan hal itu, entah itu kepada pasangan, teman, orang tua, anak, saudara, murid dan masih banyak lagi biasa kita temui orang yang mengucapkannya.

But HOW DEEP IS YOUR LOVE ?

Yah, seperti halnya saya untuk mengungkapkan perasaan ke pada suami sering mengucapkan " I Love You ", tapi suatu ketika dia bertanya sampai kapan dan dalam keadaan apa saja saya mencintainya?, mungkin karena dasarnya memang yang saya anti polygami jadi saya jawab apa adanya, saya akan tetap mencintaimu sampai maut menjemput apapun yang ada padamu kecuali jika kamu mendua, entah selingkuh dengan WIL atau beristri lagi selama aku masih bisa mendampingimu lahir bathin.

Saat merenungi jawaban saya tadi, sayapun jadi berfikir..., saya ternyata tidak tulus mencintai suami!, saya mencintainya dengan syarat, syaratnya dia tidak membagi cintanya.

Saya yakin banyak juga orang-orang yang seperti saya, mencintai dengan bermacam syarat, mungkin diantara sahabat kompasiana juga ada ya?! (hayo ngaku meski tidak ada hadiahnya! :D)
Menurut saya memang kita masih punya hak mengajukan syarat yang wajar kepada yang kita cintai, tentu syaratnya yang bisa sebagai motivasi atau demi kebaikan objek yang kita cintai atau untuk kebaikan bersama.

Mudah saja kita mengungkapkan cinta, baik itu dengan kata atau dengan sikap ke pada orang yang sempurna di mata kita atau orang yang mampu membuat kita merasa nyaman.
Tapi mudahkah kita melakukannya pada orang yang sebaliknya ?.

Sering kali, jangankan untuk mencintai atau hidup bersama, berdekatan pun kita merasa enggan dengan orang yang membuat kita merasa takut , kesal, malu, repot dan rugi. Sebab kita merasa orang seperti itu akan merusak kenyamanan kita.

Sering saya temui dalam kehidupan keluarga besar saya dan lingkungan tempat saya tinggal saat ini, ada bermacam cara orang tua mengungkapkan cintanya. Sebagian memanjakan anaknya sebagai ungkapan rasa cinta, memenuhi segala kebutuhan dari yang pokok hingga untuk yang sebagai "gaya" menunjukan tingkat sosialnya di lingkungan hidup dia berada. Sikap ini saya anggap berlebihan dan tidak mendidik anak menjadi pribadi matang dan dewasa yang juga akan memicu kesenjangan sosial.

Ada beberapa yang saya temui cara orang tua mengungkapkan rasa cintanya dengan menyakiti anak, dengan memperlakukan kasar dan atau berkata kasar pada anak. Saat saya tanya mengapa begitu memperlakukan anak ?, jawabannya itu adalah caranya mencintai anak.Kalau menimbulkan rasa sakit, cintakah itu ?!
Mengapa tidak mencoba dengan cara mendisiplinkan anak yang tidak merenggut rasa bahagianya sebagai wujud nyata cintanya?

Sebagai orang tua,memang mungkin tidaklah mudah mencintai anaknya jika anak itu selalu menyusahkan dan membuat malu keluarga, namun ibu yang baik semestinya tidak seperti ibu Malin kundang kan?, mencap anak durhaka dan mengutuknya. Sebagai orang tua mestinya juga instropeksi diri donk, mengapa anak berperilaku demikian ?, apa yang salah dengan cara mendidik anaknya selama ini ?
Baik buruknya anak mesti tetap di arahkan ke jalan yang positif, bukan?
Sebagai pasangan, dalam mengarungi samudera kehidupan rumah tangga, sering kali di hadapkan pada kenyataan yang tidak sesuai dengan keinginan bahkan di luar dugaan, entah itu berupa materi atau non materi, kalau saja setiap pasangan mampu menerima kenyataan bahwa pasangannya tidak mampu selalu seperti harapannya, tentu perceraian atau perpisahan bisa di hindari.
Justeru semestinya hal atau saat itu sebagai sarana untuk lebih saling meningkatkan kualitas cintanya terhadap pasangan, juga sebagai momen untuk membuktikan seberapa ketulusan cinta ke pada pasangan. Faktanya banyak yang malah meninggalkan cintanyanya di saat seperti itu .

Bagi saya pribadi, memang mencintai dengan ketulusan penuh tanpa bersyarat tidak mudah meski mungkin bisa saya lakukan.
Dengan menerima kekurangan objek cinta dengan ikhlas dan berfikir bahwa mencitainya dengan segala kekuranganya adalah cara untuk mendapat cinta Sang Maha Kasih, mungkin dengan cara ini hati lebih bisa di ajak kompromi untuk bisa mencintai tanpa syarat.
Sehingga secara tidak langsung telah terlahir cinta karena Sang Pencipta.:)
Bagaimana dengan Anda?

*pict koleksi eyang google*

[caption id="attachment_111155" align="alignnone" width="150" caption="lop"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun