Foto: Indulgy
Pengumuman Lomba Menulis bertebaran dimana-mana, seiring dengan semangat menulis yang tengah membara. Kegiatan menulis seperti sedang "Booming" dikalangan Pelajar,Ibu Rumah Tangga,atau Tenaga Kerja Wanita di seberang Negeri sana. Beragam motivasi dan misi Penulis. Ada yang sekedar Curhat, berbagi  ide,.ingin hidup punya jejak, atau... ingin dikenal. Namun kalau diteliti, lomba-lomba itu memberi hadiah yang sangat minim. Mengecohkan Penulis-Penulis awal yang belum faham, bahwa IDE ITU MAHAL. Impian mereka untuk jadi Penulis, dijadikan peluang bisnis oleh orang lain. Bagi saya Ide yang mahal itu  bisa jadi sedekah, tapi ada waktunya, saat hati Penulis tergerak (Ihlas). Sekarang untuk menjadi Penulis yang dikenal itu, mudah! Kalau dulu, setengah mati untuk menerbitkan Buku. Menunggu Proses Edit, Persetujuan Penerbit,sampai Naik Cetak,butuh waktu panjang, bisa sampai 1 Tahun! Boleh  jadi, sama dengan waktu kita menulisnya. Tapi sekarang di Abad Canggih ini, soal cetak-mencetak dan Inovasi dunia penerbitan buku mampu menciutkan proses panjang itu. Fenomena ini "Telat" sebenarnya. Di Amerika sudah lama dan banyak Rakyat biasa menerbitkan buku. Siapapun yang ingin jadi Penulis, akan dimudahkan denganmencetak Buku sendiri. Tanggal 2 Juni 2012, VOA Indonesia pernah menurunkan berita dengan judul  "Mulai Karir Manulis Dengan Mencetak Buku Sendiri". Ada satu mesin bernama Expresso Book Machine  di Toko Buku Politics And Prose. Disana  bisa mencetak sendiri karya kita. Semakin menyuburkan semangat Menulis,bukan? Ada POD Sekarang: Alhamdulillah di Indonesia sudah ada yang namanya POD  (Print On Demand). JasaSelf Publishing secara Onlineini ada yang berbayar bahkan ada  yang Gratis. Misalnya nulisbuku, redcarpet, jasapenerbitan dan leuticaprio. Asik bukan? Dalam waktu singkat  bisa menimang-nimang buku karya kita, asal jangan kasih beban Penerbit untuk mengeditnya. Pokoknya kita mengedit sendiri, bayar sejumlah  exemplar pesanan, jasa menyunting  dan menyampul. Kelemahannya : Proses seleksi kwalitas hampir tidak terjadi,semua tergantung Penulis. Kadang terjadi salah ketik (typo),tata letak amburadul, kalimat rancu,dan lain-lain. Maklum belum lihai tapi punya uang. Selain itu Penulis harus aktif mempromosikan bukunya sendiri. Yuk ... Kita coba ! dari pada cuma ikut lomba-lomba yang ada "Kepentingan" dibaliknya. Sayang ide,sayang tenaga,sayang waktu, bukan? Saya jadi ingat status Sahabat Facebook  saya  (Hani Rohani Syawaliah) "Lomba nulis yang ngetag-ngetag orang itu juga kadang bikin kening berkerut, hadiahnya piagam sama voucher penerbitan + buku. Kalau dipikir baik-baik ini hanya cara buat orang mengeruk keuntungan dari penulis yang mengirimkan karyanya. Kalau buku yang berisi karya pemenang laku di pasaran yang untung yang ngadain lomba. Kita sendiri juga dikasih voucher supaya nyetak karya di tempat tersebut. Ujung-ujungnya kita keluar uang lagi. Bandar yang untung "
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H