Mohon tunggu...
Mutia Ohorella
Mutia Ohorella Mohon Tunggu... -

Ibu Rumah Tangga biasa,yang selalu berusaha menjadi manusia bermanfaat...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ada Yang Wangi Di Bantar Gebang

10 Juli 2015   10:51 Diperbarui: 10 Juli 2015   10:51 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 

Lokasi Bantar Gebang sudah ada di hadapan kami. Ini gundukan sampah tertinggi di Indonesia. Bagaimana tidak? Penduduk Jakarta membuang sampahnya di sini 6000 ton perhari. Suasan terik dan debu membuat gundukan atau tepatnya bukit itu berwarna abu-abu. Alat berat pengumpul sampah dan truk truk terlihat  seperti mainan.

 

Rombongan kecil kami perwakilan dari unit Kerohanian  kantor Gobel, Bapak Muhammad Syahrial SE dan utusan KARISKA (Alumni Remaja Masjid Sunda Kelapa) bermaksud mencari sesuatu disini. Tak banyak yang tau, di balik tembok penampung sampah yang berbau busuk ini ada aroma harum. Berdiri bangunan setengah jadi, tempat anak-anak dhuafa menimba ilmu.

Dimulai dari geraknya hati seorang hamba Allah, Ustad Abdul Azis di tahun 80-an. Saat bekerja ( Tukang ojeg) ia sering memperhatikan  ahlak remaja di sekitar rumahnya yang masih urakan, banyak buang waktu, dan kasar! Keinginannya untuk menolong saudara seiman makin lama makin besar. Akhirnya dengan modal tabungan 600 ribu, dan merelakan 2 ruang kecil bagian dari rumahnya, ia pun berhasil mengumpulkan mereka.

 

"Jangankan baca Quran, mengucap syahadat saja ada yang salah bu...!" Demikian tutur beliau yang telah banyak berkorban baik materi maupun perasaan. Semua demi menghijrahkan mereka dari kegelapan menuju cahaya ilmu. Meski 2 anaknya terserang penyakit flek paru karna udara dan air yang tak bersih, ia tak punya niat untuk pindah rumah.

 

Kini bangunan pesantren At-Taubah  sudah berdiri. Terlihat megah diantara bangunan sekeliling. Terbukti sudah, hak prerogatif Allah dalam memilih hambaNya untuk meneruskan cita-cita RasulNya. Tak harus berkantong tebal atau berilmu tinggi. Cukup pasang niat, action sedikit sebagai ikhtiar, pada akhirnya Allah juga yang bantu, mencukupi, dan menyempurnakan.

Kalau dipikir, niat disebabkan sentuhan Allah, bisa gerak pun karna modal sehat dari Allah. Seolah dapat pinjaman modal dari Boss, dibantu promosinya, boss yang borong, boss yang kasih bonus!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun