Mengungkap Jebakan Fake Produktivity pada Ibu Rumah Tangga: Ketika Sibuk Hanya Kesia-siaan
Sebagai ibu rumah tangga, yang tidak mempunyai pekerjaan atau karir di luar rumah, seringkali dianggap sebagai pengguran dan tidak produktif secara formal.
Namun, taukah sahabat Kompasiana, di balik rutinitas harian yang tampak sederhana, terkadang tersembunyi tekanan psikologis yang cukup besar. Itu yang kerap saya alami meskipun tidak selalu. Perasaan itu sering timbul tenggelam. Terlebih ketika ada yang menyinggung ijazah tak terpakai dengan menghubungkan kehidupan ekonomi rumah tangga.
Fake Produktivity merupakan salah satu masalah yang sering dialami adalah ibu rumah tangga, di mana sibuknya kegiatan sehari-hari tidak selalu sebanding dengan hasil yang didapat. Dalam artikel ini, kita akan menggali makna fake productivity dalam konteks psikologi ibu rumah tangga, faktor penyebabnya, dampaknya, serta strategi mengatasi.
Makna Fake Productivity dalam Psikologi Ibu Rumah Tangga
Tidak jarang kesibukan sehari-hari ibu rumah tangga dianggap sebagai ukuran produktivitas. Tugas-tugas rumah yang tak kunjung selesa serta tuntutan sosial yang tak terelakkan bisa membuat ibu rumah tangga merasa terperangkap dalam siklus rutinitas tanpa arah yang jelas.Â
Dalam hal ini, maka akan muncul perasaan fake productivity. Fake Produktivity bukan hanya tentang melakukan banyak hal, tetapi juga tentang perasaan tidak puas dan kurangnya pencapaian yang memuaskan. Keadaan, ini dapat menyebabkan rasa frustasi, kelelahan, dan bahkan penurunan harga diri.
Faktor Penyebab dan Dampak Fake Produktivity:
1. Tuntutan Sosial dan Budaya
Seiring dengan perkembangan zaman, tuntutan terhadap ibu rumah tangga semakin meningkat. Harapan untuk menjadi ibu yang sempurna sering kali membuat seorang wanita merasa terjebak dalam siklus mencoba melakukan segalanya tanpa henti.