Hi Kompasianer muda! Sudah siap mudik dan menjawab pertanyaan kapan nikah? Tenang jangan jadi beban pahami dulu konsepnya.Â
Sepertinya setiap orang dewasa Indonesia, setidaknya sekali pernah diberi pertanyaan kapan nikah? Tidak sedikit orang yang merasa terusik dengan pertanyaan basa-basi tersebut. Namun, sebenarnya hal itu tak seharusnya menjadi beban atau tekanan batin, cukup dengarkan saja. Jika tak ingin menjawab maka abaikan atau tetap diam dan bersikap elegan.Â
Kenapa orang  bertanya kapan nikah kepada orang lain? Jika ditelisik ada beberapa alasan kenapa pertanyaan itu kerap dilontarkan.Â
1. Budaya dan Ekspektasi Sosial
Di Indonesia, budaya keluarga dan komunitas sangat kuat. Menikah dan memiliki keturunan dianggap sebagai salah satu tonggak keberhasilan hidup seseorang. Oleh karena itu, banyak orang yang beranggapan bahwa menikah adalah langkah alami yang harus diambil setelah mencapai usia tertentu.
2. Norma Agama dan Tradisi
Agama dan tradisi di Indonesia juga memegang peranan penting dalam pertanyaan, "kapan nikah?"
Dalam agama Islam pernikahan merupakan ibadah dan menikah merupakan bagian dari siklus kehidupan.
3. Kekhawatiran Orang Tua
Orang tua seringkali merasa cemas atau khawatir tentang masa depan anak-anaknya. Mereka menganggap bahwa menikah adalah cara untuk memastikan kebahagiaan dan kestabilan masa depan. Oleh karena itu, orang tua seringkali ingin tahu kapan dan bagaimana rencana pernikahan anak-anaknya.
Setelah mengetahui alasan kenapa pertanyaan itu muncul semoga hal itu tidak lagi menjadi tekanan terlebih jadi enggan pulang kampung halaman karena menghindari pertanyaan klise tersebut.
Karena ketika kita sudah melewati tahap awal pertanyaan kapan nikah? Selanjutnya kita juga akan berhadapan dengan pertanyaan serupa yang merupakan kelanjutan dari pertanyaan kapan nikah? Yaitu, kapan punya momongan? Kapan punya rumah dan lain sebagainya.Â
Memang benar, pertanyaan-pertanyaan tersebut terasa sensitif dan mengganggu. Namun, berikut saya paparkan pengalaman saya dalam menghadapinya dan mencoba tetap bijaksana.
1. Bersikap Sabar dan Elegan
Bersikaplah tenang dan sabar saat menjawab pertanyaan tersebut. Kita bisa menjawab dengan ringkas dan sopan. Misalnya, InsyaAllah nanti, sekarang sedang fokus kaarir dulu?Â
2. Berkomunikasi Terbuka dengan Keluarga
Jika pertanyaan tersebut datang dari keluarga atau orang terdekat, cobalah untuk berkomunikasi dengan mereka secara terbuka mengenai perasaan dan rencana kita. Jelaskan dengan tegas jika kita tidak ingin mendiskusikan hal tersebut atau meminta mereka untuk menghormati privasi kita.Â
3. Mengubah Perspektif
Lihatlah pertanyaan tersebut sebagai bentuk perhatian dan kepedulian dari orang lain. Meskipun terkadang terasa kurang nyaman, tetapi pertanyaan itu adalah bentuk kepedulian.Â
4. Fokus pada Prioritas Pribadi
Ingatlah bahwa setiap orang memiliki jalan dan waktu yang berbeda dalam mencapai tahap kehidupan. Tetap fokus pada prioritas dan tujuan pribadi sendiri.Â
Jangan sampai karena pertanyaan-pertanyaan tersebut membuat kita memutuskan untuk mengambil pilihan segera menikah hanya karena merasa dituntut oleh pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Semoga dengan tetap asyik dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan mengusik tersebut kita dapat menjaga hubungan baik dengan orang di sekitar tanpa harus merasa terbebani.Â
Terima kasih semoga bermanfaat.Â
Salam
Mutia AH
Ruji, 05 April 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H