Tiga Bait Pantun Berkait Tema Ramadan dan Sekelumit Kenangan Masa Silam
Pantun tentang Ramadan adalah topik hari ini. Berbicara soal pantun, mengingatkan saya pada tahun sembilan puluhan. Waktu itu, kakak saya merupakan seorang pelajar SMP. Melihat kakak, ada hal yang membuat saya ingin segera masuk SMP, yaitu mendapatkan Majalah Pelajar di (MOP) sebulan sekali. Ternyata hal itu tidak saya dapatkan setelah saya lulus SD, karena saya masuk sekolah lain bukan SMP Negeri, seperti Kakak.Â
Salah satu rubrik yang selalu dinanti adalah rubrik pantun. Dari sanalah awal mulai saya mengenal pantun dan menyukainya. Dulu, pantun kerap jadi perbincangan di antara kami (anak-anak). Saya masih ingat betul, bunyi pantun yang populer waktu itu. Entah pantun itu karangan siapa dan ditulis oleh siapa. Mungkin sahabat Kompasianer juga pernah mendengarnya. Berikut bunyi pantun tersebut.Â
Gendang gendut
Tali kecapi
Kenyang perut
Senang hati
Empat kali empat sama
Dengan enam belas
Sempat tidak sempat
Harus dibalas
Biasanya pantun yang kedua ini ditulis paling bawah dalam sebuah surat, agar yang dikirimi surat segera dan harus membalasnya.
Demikian sekelumit cerita masa silam tentang pantun, dan untuk tema hari ini, saya mencoba me. buat pantun seloka atau pa tun berkait.Â
Pantun Seloka atau pantun berkait adalah ikatan pantun yang saling menyambung (berkaitan).
Larik kedua dan keempat bait pantun menjadi larik pertama dan ketiga bait berikutnya, dan begitu pula seterusnya.
Bulan Ramadan Bulan penuh berkah
Bulan puasa bulan yang mulia
Mari perbanyak amal ibadah
Meraih pahala berlipat ganda
Bulan puasa bulan yang mulia
Banyak tilawah juga sedekah
Meraih pahala berlipat ganda
Hidup berkah hingga ke janah