Ada lagi anak tetangga yang juga korban perceraian kedua orang tuanya, sebut saja namanya Adi. Tidak jauh berbeda dengan Fatih, ia pun putus sekolah. Meskipun orang tuanya berkehendak agar Adi tetap sekolah, tetapi dengan kondisi psikologisnya. Adi sering kali kabur dari rumah dan tidak mau meneruskan sekolah. Meskipun putus sekolah adalah kemauan Adi sendiri, mengingat bagaimana latar belakangnya tentu ada sesuatu yang salah bukan?
Bukan karena faktor perceraian tetapi putus sekolah juga dialami Dewi, anak tetangga, juga. Jika dilihat sekilas tidak ada masalah dalam keluarganya. Ayahnya bekerja di sebuah perusahaan swasta dan mempunyai jabatan. Ibunya juga seorang pedagang.
Namun, sejak Covid, kemarin, Putri memang lebih sering membantu ibunya berjualan. Setelah Covid menghilang, Dewi juga hilang dari pandangan kami para tetangga. Tak banyak yang tahu mengenai keberadaannya. Kami pikir, ia sekolah di luar daerah.
Namun, tiga bulan lalu kami dikejutkan dengan undangan yang tiba-tiba datang dari orang tua Dewi yang akan menikahkan Dewi. Umurnya masih belia, bahkan belum memenuhi syarat menikah sah sesuai undang-undang pernikahan. Hingga kemudian usia Dewi dituakan demi memenuhi syarat tersebut.Â
Mungkin, Dewi ini adalah salah satu dari korban pergaulan dan teknologi. Kurangnya motivasi diri untuk mendapatkan pendidikan. Entah darimana dan mengapa Dewi enggan bersekolah dan memilih hidup berumah tangga di usia belia. Namun, menurut penuturan orang tuanya, lebih baik dinikahkan dari pada hamil di luar nikah, mengingat Dewi yang lebih sering pacaran dari pada belajar.
Lantas bagaimana menangani ini semua?
Dari apa yang diceritakan di atas, sebab dari anak putus sekolah tidak hanya karena sebab ekonomi. Namun ada faktor-faktor lain.
Namun dari sekian masalah yang ada semuanya bermula dari keluarga dalam hal ini tentu orang tua paling andil menganai Pendidikan anak. Tentu masalah seperti ini tidak bisa diselesaikan dengan mudah. Perlu kerjasama banyak pihak. Kepedulian kita sebagi manusia dan tentunya perlu ada campur tangan pemerintah juga.
Pendidikan akan mampu terealisasi jika semua komponen seperti orang tua, lembaga masyarakat, pendidikan dan pemerintah bersedia menunjang jalannya pendidikan.
Salam
Mutia AH
Ruji, 07 Mei 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H