Masih Terlalu Pagi, Cinta
masih pagi cinta janganlah dulu berkunjung
aku masih belum sepenuhnya bangun
matahari belum muncul dan malam belum pulang
mimpi masih basah di sini
tunggulah hingga nanti
bunga kuncup, mekar dan siap dipetik
kita memanen bersama
****
Mata Umang memerah menyimpan amarah, kalau saja Tia terlambat mencegat. Telapak tangannya pasti telah mendarat di pipi Cinta. Namun bukannya merasa takut, dengan cueknya Cinta bangkit dari tempat tidurnya dan pergi begitu saja meninggalkan kedua kakaknya.
"Heboh banget sih, bangunin orang tidur doang, ge!" ucap Cinta sambil garuk-garuk perutnya, hingga kaos tipis yang dikenakannya menyingkap. Menampakan kulitnya yang kuning bersih seperti kelapa gading muda.
Tia dan Umang saling berpandangan melihat tingkah adik bungsunya. Seakan memiliki satu tubuh, keduanya berjalan bersama ke ruang tengah tanpa dikomando. Kompak pasangan muda itu duduk di sofa tamu berwarna abu-abu.
"Kau lihat, bagaimana kelakuannya?" protes Umang pada Tia, istrinya.Â
"Bocah, kurang ajar!" umpat Umang lagi, sambil mengelus dada.
"Iya, tapi kita harus sabar. Kasar gak akan menyelesaikan masalah. Biar aku aja, ya, A, yang ngomong ke Cinta," bujuk Tia, pada suaminya.
Umang menatap Tia tanpa berkata apa-apa, tetapi akhirnya ia setuju dengan pendapat wanita yang dinikahinya setahun lalu itu.
"Iya, ya," hanya kata itu yang keluar dari mulut Umang. Meskipun tak diutarakannya, Umang percaya Tia bisa mengurus semuanya.Â
"Jangan ngomong apa-apa dulu ya. Biar Cinta makan dulu. Sekarang Aa, keluar aja dulu," pinta Tia pada suaminya.