Beras, telur, minyak, gula, tepung dan semua teman-temannya selalu naik secara signifikan setiap menjelang Ramadhan dan lebaran. Hal ini sudah bisa dipastikan karena sudah berjalan sejak dulu kala, bagi saya pribadi hal ini bukanlah sebuah kejutan. Masih terekam jelas di ingatan, ketika dulu nenek kelimpungan mencari minyak goreng curah dengan harga lebih ringan di tangan. Dua kali pergi ke pasar yang berbeda dan pulang dengan derigen kosong. Akhirnya beli minyak di warung sebelah rumah yang bisa hutang dan jatah beli minyak untuk beli bahan pokok lain di pasar yang tak ada di warung tetangga.
Seperti permen karet nempel di rambut, ingatan itu terus melekat. Membuat saya enggan repot soal harga yang meroket. Lebih baik belanja sesuai kebutuhan di tempat terdekat dari pada pergi jauh-jauh tetapi harganya tak jauh berbeda dengan warung tetangga. Silahturahmi terjaga dan tak banyak keluar waktu dan tenaga.
Harga naik adalah sesuatu yang biasa, tetapi kenapa harga kebutuhan pokok melangit menjelang Ramadhan dan lebaran? Secara teori menurut pengalaman dan banyak disebutkan di media-media, ada beberapa faktor penyebabnya yaitu:
1. Hukum permintaan dan penawaran (supply and demand).Â
2. Penimbunan barang
3. Kinerja pasokan terganggu
4. Gaya hidup masyarakat lebih konsumtif.
Nomer satu dan empat akan sulit dilepaskan karena terkait dengan budaya kita sendiri. Hampir di setiap daerah mempunyai tradisi menyambut bulan Ramadhan serta merayakan lebaran. Dimana tradisi ini tak lepas dari makanan, karena kita adalah makhluk hidup yang membutuhkan makanan, hal itu sangat lumrah dan wajar. Mengingat akan hal itu, tidak mungkin menurunkan permintaan di momen-momen ini bukan?
Sementara untuk nomer dua dan tiga adalah PR pemerintah yang tidak pernah habis di setiap tahunnya. Namun harus tetap diperhatikan meskipun mustahil untuk dilenyapkan sama sekali, setidaknya bisa mengurangi kegilaan harga yang tidak manusiawi.
Untuk mensiasati harga-harga yang menggila, bagi yang mempunyai dana lebih, bisa memanfaatkan dua Minggu sebelum puasa untuk belanja kebutuhan pokok selagi harga masih biasa. Namun tidak semua orang bisa melakukannya. Lebih baik jaga pikiran dan mental tetap sehat dari pada ikut-ikutan gila.Â