Mohon tunggu...
Mutia AH
Mutia AH Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Fiksi

Menulis yang ringan dan positif

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ujian Toleransi dari Kata Toleransi Itu Sendiri

27 Desember 2021   00:17 Diperbarui: 27 Desember 2021   00:19 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar by Pixabay

Ujian Toleransi dari Kata Toleransi itu Sendiri

Toleransi Artinya: bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.

Kebebasan beragama atau toleransi agama telah kita pelajari sejak TK dan Sekolah Dasar. Tercantum dalam sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan yang Maha Esa.

Menjelang natal dan tahun baru, beberapa tahun belakang kerap terjadi perdebatan di berbagai halaman media sosial mengenai pemberian ucapan selamat natal, orang Muslim kepada umat Kristiani.

Jika merujuk kepada pengertian toleransi itu sendiri. Dengan tidak menghalangi dan membiarkan umat agama atau kepercayaan lain menjalankan keyakinannya tentu hal itu merupakan bentuk dari Toleransi.

Namun anehnya, justru ada sebagi orang yang sesama muslim saling menuding satu sama lain sebagai pihak yang tidak bertoleransi atau pihak yang keluar (murtad) dari Islam. Bukan kah hal ini sangat bertolak belakang dengan arti toleransi itu sendiri?

Bagaimana tidak dikatakan bertolak belakang? Sikap-sikap tersebut dengan kata lain menghalangi orang lain menjalankan keyakinannya.

Orang yang memilih untuk tidak mengucapkan atau mengucpkan tentu dilakukan berdasarkan apa yang diyakininya.

Orang yang memilih mengucapkan selamat natal meyakini bahwa hal itu adalah bentuk dari toleransinya.

Sementara yang memilih tidak mengucapkan meyakini bahwa toleransi agama adalah lakum dinukum waliyadin, yang artinya bagimu agamamu bagiku dan mengucapkan natal berati merusah aqidah keyakinan.

Jadi jika kemudian ada yang memperdebatkan atau semacamnya, bukankah itu adalah ujian kita semua dalam menjalankan kerukunan hidup antar umat beragama dan seagama? Ujian kita semua dalam menjalankan toleransi agama?

Kemerdekaan negara Republik Indonesia tidak diraih dengan mudah. Perjuangan para Pahlawan tidak singkat. Jiwa raga dan harta telah dikorbankan demi kesatuan dan persatuan. Selayaknya kita generasi penerus mempertahankan kesatuan negara ini.

Hasil perjuangan para pahlawan telah dapat kita nikmati. Berkat jasa para pahlawan kita bisa menikmati kemajuan teknologi.

Dengan berkembangnya teknologi kita banyak mendapatkan kemudahan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Namun begitu kita juga mudah tergiring opini dan terpancing emosi karena teknologi. Karena terlampau mudahnya menggunakan media untuk menyalurkan informasi dan aspirasi. Jika tidak teliti dan jeli kita akan mudah terjebak dalam opini yang meruncingkan perbedaan dan memancing perdebatan. Pada akhirnya kita saling menuding kesalahan dan menunjuk diri paling benar.

Karena itulah sebagai penerus bangsa yang mencintai Bumi Pertiwi, kita harus cerdas memilih dan memilah segala informasi yang  masuk ke telinga. Karena  ancaman terhadap persatuan Indonesia tetap ada. Salah satunya dengan meliak-liukan kita dalam bertoleransi. Khususnya toleransi beragama. Karena agama merupakan salah satu keragaman yang kita miliki di Indonesia.

Salam Persatuan dan Kesatuan

Mutia AH
Ruji, 27 Desember 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun