malam semakin larut dan hening
aku masih bersanding dengan dinding
di depan meja mencoba menaklukkan aksara
mereka terus berlarian dan berpencar di kepala
seperti manik-manik mutiara yang putus terpaksa
tak ada satu pun yang jatuh ke dalam tinta
mereka terus saja kesana-kemari sesuka hati
"berhenti dan berbarislah di sini," kataku
menunjuk kertas dengan ujung pena
"untuk apa menurutimu?"
"adakah kesan atau pesan di tiap tulisanmu?" jawab mereka serempak memberontak
Stack!
aku bergeming melihat aksara-aksara  menyelinap ke garis-garis
lenyap tanpa jejak meninggalkan kertas
kosong melompong
Ruji, Oktober 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H