Mohon tunggu...
Mutia AH
Mutia AH Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Fiksi

Menulis yang ringan dan positif

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ki Dulah

26 Januari 2021   15:24 Diperbarui: 26 Januari 2021   15:24 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ki Dulah

rumpun bambu berbisik ngilu saat angin menghempas kasar

terdengar parau bagai tangis gadis merindu kekasih

daun jatuh berguguran
menguning, layu
tergolek di hamparan rumput kering
pucat keabuan

lama, hujan tak bertandang
meninggalkan sawah kerontang

Ki Dulah telah naik ke pematang
menyusuri jalan setapak untuk pulang

di teras gubuk yang mulai berdebu
dipan usang menunggu

dari bilik kayu sang Istri ke luar
membawa sepiring singkong rebus
bekas
cicak berpesta
di bawah tudung saji dari anyaman bambu Apus

sambil menyeruput kopi
mendengarkan siaran televisi dari rumah tetangga
tentang berita
kemajuan ekonomi mengalami kenaikan tahun ini
Ki Dulah tak peduli

parang dan cangkul tumpul
lebih memikat dari pada kata sepakat
kabar angin yang diliput
meski luput

perut terus menuntut
minta diisi
sesuap nasi dari tangan sendiri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun