Virus mutasi menjadi lebih kuat, takut dan sembunyi atau hadapi?
Kalau saya pribadi memilih untuk menghadapi. Menghadapi di sini bukan berarti menentang atau tidak percaya dengan adanya virus. Akan tetapi dengan mengikuti protokol kesehatan yang telah ditentukan dan menjaga diri untuk tetap fit dalam segala kondisi setelah itu kita serahkan semuanya pada Tuhan (tawakal). Adanya virus tidak menjadi halangan untuk tetap beraktivitas.Â
Takut dan menghadapi adalah pilihan setiap orang bagaimana ia menjalani kehidupannya di masa seperti ini.Â
Jika ancaman virus mutasi lebih kuat maka kita harus lebih kuat dari virus itu sendiri. Jika ingin terus melanjutkan kehidupan tentunya. Satu hal yang perlu diingat. Manusia adalah khalifah di muka bumi ini, jadi sudah sepatutnya kita lebih kuat dari virus bukan? Jika kita lemah mengalah dan kalah dengan virus tentu musnahlah manusia. Padahal kita manusia adalah makhluk istimewa dibandingkan dengan makhluk lainnya.Â
Mari kita ingat kembali bagaimana saat virus ini baru lahir dan ditemukan di pasar Wuhan Cina. Rasanya lebih horor dari film Zombie paling mengerikan yang pernah ada di dunia. Bagaimana tidak, hanya melihat dari layar kaca yang sudah tahu itu hanya akting semata, bulu kuduk berdiri semua. Apa lagi Virus Corona yang katanya mematikan dan itu nyata adanya.Â
Waktu berlalu, Virus itu besar masuk ke Indonesia. Betapa takut dan khawatir merajalela. Dampaknya perekonomian negeri ini porak poranda. Bukan semata kata media, saya sendiri melihat dan merasakannya.Â
Teman, tetangga, saudara dan saya sendiri jelas terkena dampak virus ini. Bukan soal kesehatan fisik tapi justru berdampak pada kondisi dompet yang semakin minus pemasukan.Â
Virus Corona benar-benar menjadi teror yang ditakuti semua orang. Hingga pola hidup baru kini telah kita jalani.Â
Belum pulih dari pandemi kini kita dihadapkan pada  kenyataan bahwa Virus COVID-19 kini bermutasi lebih kuat.Â
Kehidupan harus terus berlanjut. Kita tidak mungkin berhenti dan bersembunyi terus menerus. Sudah cukup kemarin ketakutan terhadap Corona membuat kita seolah-olah lebih takut dengan virusnya ketimbang dengan Sang Pencipta virus itu sendiri. Padahal jelas Sang Pencipta adalah penguasa segalanya.Â
Entah seperti apa kehidupan kelas atas dengan adanya Corona. Karena saya hidup di masyarakat biasa. Saat ini, yang saya amati dan rasakan. Saat pergi ke terminal, pasar serta tempat umum lainya. Juga di lingkungan perumahan tempat tinggal saya, sepertinya virus itu tidak ada. Meskipun orang-orang rajin cuci tangan dan memakai masker kehidupan berjalan biasa saja. Walaupun ada tetangga yang terkena virus, tetangga yang lain tetap lalu lalang tanpa ketakutan.
Isolasi mandiri serta bergiliran memberi bantuan sosial kepada keluarga yang terkena terjadwal rapi. Tidak bermaksud memprovokasi tetapi demikian yang saya temukan. Meskipun masih ada raut-raut wajah ketakutan akan virus mutasi, yang menanggapi dengan santai dan biasa saja, lebih banyak ditemukan. Jika tak percaya, lihat saja aktifitas di pasar-pasar dan pusat perbelanjaan. Apa sikap yang terlihat menunjukan rasa takut?Â
Belajar dari segala badai bencana yang melanda sebelum-sebelumnya. Virus ini ada agar kita menjadi lebih pintar dan bijaksana dalam menghadapi setiap ujian dari-Nya. Corona adalah salah satu dari sekian ujian itu.Â
Jadi, hilangkan rasa takut yang berlebihan dan tetap waspada. Tetap jaga kesehatan, optimis dan semangat meskipun virus mutasi mengancam. Usaha, doa kemudian bertawakal.Â
Gambar Pixabay
Ruji, 04 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H