Mohon tunggu...
Mutia AH
Mutia AH Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Fiksi

Menulis yang ringan dan positif

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Ambyar, Hatiku Tertinggal dalam KRL

18 Februari 2020   15:33 Diperbarui: 18 Februari 2020   17:46 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terbayang betapa repotnya menempuh perjalanan dari Cikarang ke Bekasi dengan bus. Belum tampak Bamper Bus, sudah diaduk-aduk rasanya perut. Ditambah belum ada pengetahuan berarti tentang tempat yang akan dikunjungi.

Beruntung seorang teman menunjukan jalannya. "Naik KRL aja, praktis, cepat dan murah," kata temanku sambil tertawa kecil. "Dari stasiun langsung pesan Ojol, dianter deh sampai tujuan."

Rasanya dilema besar saat memilih kereta sebagai transportasi. Selama ini rasa takut dan cemas mendominasi. Saat lengkingan sireni di perlintasan mulai terdengar, jantung ini seperti hendak jatuh dari tempatnya bergantung. Terlebih, melihat pengendara motor nekad menerobos palang pintu. Yang nerobos siapa? Yang gemeteran siapa? Mungkinkah mereka mempunyai nyawa cadangan? Seperti gak ada takut-takutnya kehilangan nyawa.

Bertahun-tahun tinggal di Cikarang, belum pernah sekali pun kaki ini menginjakkan kaki di stasiun. Jadi pada hari itu bulan November 2019 lalu adalah pengalaman pertamaku.

Tak seperti dalam bayangan, ternyata setelah mengalami pemugaran sejak dibukanya KRL setasiun ini terlihat bersih dan moderen. Stasiun Cikarang merupakan stasiun kelas II termasuk dalam daerah operasi I Jakarta. KRL Cikarang-Jakarta resmi beroperasi sejak 8 Oktober 2017, dengan melintasi empat stasiun baru yaitu, Bekasi Timur, Tambun, Cibitung dan Cikarang.

Sejak masuk wilayah stasiun, suasana terlihat sepi. Mungkin karena bukan jam kerja, ya gan? Setelah bertanya pada Security ternyata KRL akan berangkat sebentar lagi. Pantas saja, dari tadi orang banyak berlarian seakan berkejaran dengan waktu.

Sebelum masuk terlebih dahulu kami membeli tiket, seharga enam ribu rupiah untuk sampai ke Bekasi. Baru tahu, ternyata anak-anak dihitung bukan karena umurnya, tetapi tinggi badannya.

Di luar dugaan, ternyata di dalam gerbong tak jauh berbeda dengan keadaan di luar. Penumpang tak berdesakan, meskipun ada beberapa yang berdiri, tetapi bukan karena penuh. Faktor kebiasaan mungkin, meskipun  bangku kosong, tetep saja maunya berdiri. Setelah ditegur petugas barulah, mereka tersenyum kemudian duduk.

Setelah mendekati detik keberangkatan penumpang semakin banyak saja. Sigap penumpang lekaki akan langsung berdiri saat melihat penumpang wanita. Sungguh sebuah epedulian kecil yang sangat berarti.

Meskipun sudah duduk manis, hati masih menyimpan kecemasan. Scara kita tak tahu hendak berhenti di setasiun ke berapa, meskipun dalam otak sudah mengira-ngira. Beruntung penumpang sebelah mau menjelaskan detail, bahkan ia tak lupa mengingatkan saat seharusnya kami turun. Perkiraan waktu tak meleset sama sekali, benar-benar akomodasi efisien.

Melihat kerapihan, ketertiban dan ketepatan waktu, KRL ini tepat sebagai transportasi idola. Pantaslah banyak yang pulang pergi Jakarta-Cikarang setiap hari untuk bekerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun