Mohon tunggu...
Mutia Lestari
Mutia Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sosial

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Evolusi Kebaya: Tradisi Dalam Era Modern

21 Desember 2023   19:16 Diperbarui: 21 Desember 2023   21:12 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Zaman Dulu, Sejarah, Indonesia, gambar : https://pin.it/3wnaNOZ

Oleh: Mutia Lestari Abidin, Rullansa Al Mansoer

Kamis, 21 Desember 2023

     Siapa yang tak terpesona oleh pesona keindahan dan keanggunan kebaya dan kain batik? Dari kesederhanaan motif hingga keanggunan dua warisan budaya tersebut, akan membawa kita melintasi ruang dan waktu. Bagaimana tidak, kebaya dan batik adalah sejarah panjang dan kekayaan budaya yang sangat memukau. Dalam menghadapi dinamika zaman modern, pakaian tradisional seperti kebaya dan batik terus mengalami perubahan dan penyesuaian agar tetap sesuai dengan perkembangan zaman serta tetap memelihara keaslian budaya di tengah arus globalisasi yang terus berkembang.

     Kebaya dan kain batik telah menjadi bagian yang tak terpisahkan. Namun sebelumnya, apa sih kebaya itu, dan mengapa kebaya selalu dipadukan dengan kain batik? Nah, kebaya dan kain batik ini tentu memiliki makna filosofisnya loh, dilansir dari indonesiabaik.id setiap unsur yang ada dalam sehelai kebaya itu melambangkan makna dan pesona wanita Indonesia. Seperti model yang sederhana dipakai dengan balutan kain/jarik panjang. Hal ini melambangkan sifat dan tampilan wanita yang lemah gemulai. Kemudian, lilitan kain yang ketat, membuat wanita bergerak dengan lembut. Artinya, wanita haruslah lembut dalam tutur kata, dan halus dalam bertindak. Selain itu, potongan kebaya yang mengikuti bentuk tubuh  juga tentu memiliki makna, wanita harus bisa selalu menyesuaikan diri dengan keadaan dan mandiri.

Nah, setelah melihat filosofi kebaya tadi, bagaimana? pasti semakin tertarik bukan dengan kebaya? tapi tenang, kami sudah meringkas sejarah singkat kebaya dari masa ke masa. Jadi awalnya, kata “Kebaya” sebenarnya berasal dari bahasa Arab “Abaya” yang artinya “Pakaian.” Konon, kebaya menjadi pakaian atasan wanita di abad ke-15 dan ke-16. Tapi nggak cuma itu aja, di abad ke-19, kebaya ini menjadi pakaian sehari-hari untuk semua orang. Baik orang Jawa, peranakan Belanda, atau bahkan kebaya juga pernah menjadi pakaian wajib perempuan belanda yang berdatangan ke Hindia Belanda (Indonesia). Namun saat pendudukan Jepang, kebaya kurang diminati dan dikaitkan dengan pakaian tahanan dan pekerja paksa. Nah, saat kita merdeka, barulah kebaya ini menjadi simbol perjuangan dan nasionalisme. Nilai kebaya kembali naik dan jadi budaya resmi di acara kenegaraan.

     Namun di zaman sekarang kebaya  ini bukan hanya untuk busana resmi aja loh, sekarang banyak orang yang memodernisasi dengan memadukan kebaya dengan bawahan dan aksesori yang lebih santai. Namun karena modifikasi tersebut, terdapat pro dan kontra dalam pemakaian kebaya. Ketika biasanya kebaya memiliki aturan tertentu dalam pemakaiannya, kadang-kadang ada saja orang-orang yang sedikit nyeleneh dalam berbusana kebaya. Memang tidak ada yang salah, namun tetap ada saja yang sedikit berbeda dari aturan atau pakemnya. Seperti misalnya, kebaya yang biasanya dipadukan dengan kain batik, namun ada saja orang yang nekat membuat kebaya memadukan kebaya dengan celana jeans, bahkan ada pula yang menjadikan kebaya menjadi sebuah pakaian crop top, sangat disayangkan, karena mengubah crop top menjadi model pakaian crop top dianggap sedikit nyeleneh. Alasannya, kebaya memiliki nilai tradisional yang khas, sehingga ketika dibuat menjadi crop top bisa kehilangan pesonanya yang elegan dan tidak sesuai dengan nilai filosofinya yang menampilkan keanggunan, sehingga ketika kebaya dijadikan model yang crop top, pesan kesopanan dan keanggunannya bisa jadi kurang tersampaikan.

     Analisis dalam teori konflik sosial menjadi salah satu teori yang dapat kita ambil dalam faktor penyimpangan busana berkebaya. Teori ini membahas konflik antar kelompok yang memiliki pandangan berbeda tentang aturan atau norma dalam masyarakat. Dalam kasus penyimpangan berbusana kebaya, konflik sosial bisa terjadi antara yang mengikuti aturan dan tradisi kebaya, dengan orang yang nekat dalam mencoba gaya yang berbeda. Misalnya ketika ada yang memadukan kebaya dengan jeans. Konflik bisa muncul karena adanya perbedaan pandangan antara kelompok yang lebih konvensional dengan yang lebih gemar bereksperimen dengan gaya berbusana. Yang satu melihat penyimpangan sebagai hilangnya tradisi, sementara yang lain melihatnya sebagai cara untuk memberi kesan yang unik dan lebih sesuai dengan tren.

     Oleh karena itu, teori konflik sosial membuka jendela untuk memahami penyimpangan berbusana kebaya di era modern. Dalam hal ini, konflik tidak selalu buruk, tapi lebih tentang perbedaan pandangan atau nilai di masyarakat terkait bagaimana kebaya dipadukan dan dimodifikasi. Memadukan kebaya dengan celana jeans memang bisa terlihat unik, tetapi hal itu tentu bisa memunculkan pro dan kontra di masyarakat, hingga dapat menimbulkan konflik, karena banyaknya orang yang beranggapan dan berpendapat bahwa kombinasi ini dapat mengurangi keanggunan dan makna konvensional dari kebaya itu sendiri. Nah, tapi jangan sedih, kita tetap bisa berkreasi dan memodernisasikan busana kebaya tersebut, namun agar kebaya tetap mempertahankan keelokan dan nilai tradisionalnya, kebaya bisa banget lho dipadukan dengan bawahan lain, seperti kain rok atau sarung tradisional. Dengan begitu, kita bisa tetap merasakan keindahan dan keaslian kebaya tanpa kehilangan sentuhan budaya tradisionalnya.

Referensi

Tim, C. I. (2019, August 18). Dilema kebaya: Pakem Adat vs Modernisasi. gaya hidup. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190815115441-277-421567/dilema-kebaya-pakem-adat-vs-modernisasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun