Mohon tunggu...
Mutia Fitri Amalia
Mutia Fitri Amalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa berkuliah di Universitas Ahmad Dahlan prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dampak Negatif Pinjaman Online bagi Mahasiswa

15 Juli 2024   18:38 Diperbarui: 15 Juli 2024   18:41 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

             Kemajuan teknologi membawa dampak yang cukup kompleks bagi kehidupan sehari-hari. Salah satu dampaknya adalah adanya pinjaman online. Pinjaman online menawarkan pinjaman dengan syarat serta ketentuan yang lebih mudah dan fleksibel jika dibandingkan dengan Lembaga Keuangan Konvensional seperti Bank. Pinjaman online merupakan suatu fasilitas pinjaman uang oleh penyedia jasa keuangan yang terintegrasi dengan teknologi informasi, mulai dari proses pengajuan, persetujuan hingga pencairan dana dilakukan secara online melalui konfirmasi telepon atau SMS. Adapun cara kerja Pinjaman online adalah penyelenggara hanya berperan sebagai perantara yang mempertemukan pemberi pinjaman dan penerimaan pinjaman. Saat ini sudah banyak pinjaman online yang terdaftar di OJK. 

             Ada banyak jenis pinjaman online yang beroperasi tanpa pengawasan dan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Menurut catatan OJK, jumlah kasus penipuan berkedok investasi ini tidak sedikit. Jumlah dana dalam kurun 10 tahun terakhis korban pinjol dan dana yang hilang yakni dana dari individu sebesar 117 triliun. Di luar negeri, siswa tidak hanya menabung tapi sudah masuk fase investasi, itu terjadi jauhsebelum kehadiran teknologi digital. Banyak aplikasi untuk memudahkan pinjaman yang menjadi tradisi meskipun penggunaan bahasanya diganti menggunakan Bahasa inggris padahal tujuannya sama yakni utang. 

             Perilaku masyarakat digital menjadi faktor penyebab pinjol semakin konsumtif, kemudian hal itu dianggap sebagai solusi terbaik. Namun, kebanyakan orang tidak memikirkan bagaimana dampak yang ditimbulkan di kemudian hari. Mereka hanya menginginkan hal yang cepat untuk mendapatkan uang tanpa harus melalui proses yang panjang. Orang tersebut mungkin terpaksa menggunakan pinjol dikarenakan memiliki kebutuhan yang mendesak. Salah satu faktor yang menyebabkan fenomena ini terjadi yaitu kecenderungan Generasi X dan Y yang lebih terbuka untuk berutang demi memenuhi hasrat dan gaya hidup. Misalnya, untuk membayar uang kuliah, menonton konser, berbelanja, fomo, dan masih banyak lagi. Anak muda masa kini selalu mudah terjebak dengan kebiasaan pengeluaran yang berlebihan, tekanan ekonomi, pembiayaan Pendidikan, dan tingkat literasi terkait pinjaman yang rendah. Dalam hal itu anak muda semakin memilki sifat yangboros untuk mengelola keuangan dalam kehidupan sehari-hari. 

              Sebanyak 311 mahasiswa terjerat pinjaman online (pinjol) dengan 115 orang merupakan mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB). Dari informasi yang dihimpun, sebelum terjerat pinjol, para mahasiswa ini ditawari bisnis online shop oleh terduga pelaku dengan iming-iming akan diberikan keuntungan sebesar 10%. Pengamat sosial universitas Indonesia Devie rahmawati mengatakan, sepanjang pandemic covid 19 menurut beberapa data misalnya dari Lembaga Kustodian sentral efek Indonesia, menunjukkan peningkatan dari investor muda. Devie rahmawati mengatakan mental anak muda Indonesia sangat rentan apabila mendapat ancaman dari pinjol illegal, butuh penanganan dari semua pihak agar mereka tidak terguncang. 

             Awalnya Devie Rahmawati menempuh perkuliahan berbekal biaya dari kedua orang tuanya. Namun, semenjak semester dua Devie terpaksa  menanggung sendiri seluruh biaya kuliah dan kebutuhan sehari-hari karena banyak kendala. Karena itu, Devie harus mengambil pekerjaan sampingan untuk melanjutkan kuliah. Devie merupakan mahasiswa salah satu kampus ternama di Sumatera. Tiap semesternya harus membayar uang kuliah sekitar Rp 4 juta dan jumlah itu belum termasuk kebutuhan sehari-hari untuk dirinya dan adiknya. Bahkan, dengan kerja yang ia lakukan setiap hari, upahnya tak mencukupi untuk menutup semua kebutuhan. Himpitan kebutuhan ekonomi membuat ia terpaksa menjadi pengguna pinjaman online. 

              Pinjaman online meresahkan masyarakat dan mahasiswa karena sudah mengarah kepada penipuan. Selain sistem bunganya yang tinggi, cara penagihannya pun cenderung tidak etis dengan cara paksaan dan mengintimidasi. Hal tersebut bisa berbahaya untuk psikis mahasiswa dan berpengaruh terhadap aspek akademik mahasiswa. Ketika peminjam tidak bisa melunasi mungkin akan menghadapi konsekuensi hukum. Ketika kita menggunakan jasa pinjaman online, kita mengalami ancaman kebocoran data pribadi.

             Mulanya ia mengaku takut tidak bisa melunasi pinjaman dengan bunga relatif besar tersebut. Hingga kini ia masih terlilit pinjol. Dalam satu bulan, ia setidaknya harus membayar cicilan Rp 4 juta dari dua platform penyedia pinjaman. Uang itu tidak hanya untuk dirinya, tapi juga untuk biaya kuliah adiknya. Di sisi lain, semenjak aktif meminjam uang dari pinjol, ia mengaku banyak nomor tidak kenal yang menghubunginya. Nomor-nomor tidak dikenal itu berusaha menawarkan paket-paket pinjaman baru. Bahkan tidak sedikit nomor yang diduga kuat punya niat untuk melakukan penipuan yang membuatnya dihantui dengan orang-orang yang asing menurutnya. Ia selalu bingung  dan bertanya-tanya pada diri sendiri mengapa hal tersebut bisa terjadi dan ternyata hal itu bersumber pada keputusan ia melakukan pinjaman online.

             Dari pembahasan yang telah dikemukakan, untuk mengatasi masalah itu sebagai mahasiswa kita memulai membuat anggaran yang jelas terkait pendapatan dan pengeluaran bulanan. Kita harus menentukan prioritas pengeluaran dan mengalokasikan dana dengan bijaksana. Sebisa mungkin menghindari pinjaman online, kita bisa mempertimbangkan opsi lain seperti bantuan dari keluarga, beasiswa, atau pekerjaan paruh waktu. Meningkatkan pengetahuan kita tentang manajemen keuangan pribadi melalui buku bacaan, seminar, atau kursus online. Di dalam dunia perkuliahan, selain fokus pada akademik, kita juga harus menjaga keseimbangan keuangan dan kesehatan mental. Tekanan keuangan dapat mempengaruhi kinerja akademik dan kesejahteraan dalam diri kita karena kita tidak memikirkan tentang keuangan. Dengan melakukan cara-cara tersebut, mahasiswa dapat mengelola keuangan mereka dengan lebih baik dan mengurangi risiko terjebak dalam utang, termasuk utang dari pinjaman online yang cenderung memiliki bunga tinggi dan syarat yang ketat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun