Mohon tunggu...
Mutia Utami
Mutia Utami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Wolbachia: Si Kecil Cabe Rawit yang Menjadi Harapan

8 Desember 2023   18:13 Diperbarui: 8 Desember 2023   18:32 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Microsoft Bing AI

Tak Kenal Maka Kenalan, Apa itu Wolbachia?

Wolbachia adalah bakteri gram negatif yang menyebabkan infeksi intraseluler pada invertebrata. Wolbachia merupakan bakteri alami yang terdapat dalam pada lebih dari 60% spesies serangga, termasuk beberapa jenis nyamuk. Wolbachia, khususnya strain dari populasi Drosophila melanogaster, menyebabkan fenomena 'belalai bengkok' pada nyamuk betina Aedes aegypti yang menua. Dengan belalai yang bengkok, nyamuk betina dewasa tidak dapat menembus kulit manusia untuk menghisap darah. 

Kegawatdaruratan DBD di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kasus dengue tertinggi di Asia. Sejak ditemukan pada tahun 1968, kejadian demam berdarah dengue (DBD) dilaporkan terus meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Data terbaru sampai minggu ke-36 dari Januari 2022 menunjukkan angka kesakitan atau incidence rate (IR) kejadian DBD di Indonesia tercatat sebesar 31,38 per 100.000 penduduk, dengan tingkat kematian atau case fatality rate (CFR) sebesar 0,93%. Upaya pencegahan infeksi dengue masih terbatas pada strategi pengendalian vektor. Pengendalian vektor utama untuk infeksi dengue adalah dengan pemberantasan sarang nyamuk dan aplikasi insektisida untuk mengurangi populasi vektor. Namun, pengendalian vektor yang selama ini dilakukan belum cukup efektif untuk menekan transmisi infeksi dengue. Hal ini mendorong adanya pengembangan strategi baru untuk mengendalikan transmisi virus dengue, salah satunya dengan memanfaatkan bakteri endosimbiotik Wolbachia.

Cegah DBD dengan Bakteri Wolbachia

Bakteri Wolbachia dapat bertahan di dalam tubuh nyamuk Ae. aegypti. Ketika bakteri tersebut masuk ke dalam tubuh nyamuk, ia akan menghambat proses pembelahan sel dalam tubuh nyamuk sehingga dapat memperpendek umur dan kemampuan nyamuk dalam menghisap darah. Wolbachia mampu memicu ketidakcocokan sitoplasma pada nyamuk yang dapat menyebabkan kematian telur dari nyamuk itu sendiri. Namun, perlu diketahui jika sesama nyamuk ber-Wolbachia kawin maka akan menghasilkan telur yang mengandung bakteri Wolbachia pula dalam tubuhnya. Berbeda halnya jika salah satu dari nyamuk tersebut tidak memiliki bakteri Wolbachia dalam tubuhnya, maka telurnya tidak akan menetas karena adanya ketidakcocokan sitoplasma. 

Sebuah studi yang dilakukan oleh Ye dkk. pada tahun 2015 menunjukkan bahwa Wolbachia dapat mengurangi potensi penularan Ae. aegypti yang terinfeksi demam berdarah. Penelitian mereka menunjukkan bahwa keberadaan Wolbachia secara signifikan dapat menunda waktu air liur nyamuk menjadi infeksius, mengurangi frekuensi virus dengue yang ditransmisikan oleh nyamuk dan menurunkan titer virus dalam air liur nyamuk. Hasil penelitian mereka juga menunjukkan bahwa Wolbachia dapat mengurangi jumlah nyamuk penular dalam suatu populasi dan juga menunda kedatangan virus dalam air liur nyamuk. Jika dalam tubuh nyamuk Ae. aegypti terdapat bakteri Wolbachia, maka virus dengue tidak dapat bertumbuh di dalamnya karena akan bersaing dengan bakteri Wolbachia untuk mendapatkan sumber daya dari inang agar dapat melakukan pembelahan sel. Jika virus dengue tidak terdapat dalam tubuh nyamuk, maka angka kejadian penyakit menular DBD dapat di Indonesia dapat ditekan. 

Akankah Menjadi Harapan?

Teknologi nyamuk ber-Wolbachia terbukti efektif menekan kasus DBD di Yogyakarta dan Bantul. Dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, penerapan teknologi Wolbachia untuk Eliminasi Dengue (AWED) sejak tahun 2017 hingga 2020 menunjukkan adanya penurunan kasus dengue sebesar 77%. Selain itu, terdapat penurunan rawat inap akibat DBD sebesar 86%. 

Selanjutnya, Kementerian Kesehatan melakukan implementasi program Wolbachia di 5 kota, yakni Semarang, Bandung, Jakarta Barat, Bontang, Kupang, dan terakhir akan dilaksanakan di Denpasar. Pemilihan wilayah itu berdasarkan analisis insiden dengue, kepadatan penduduk, keterwakilan wilayah, dan komitmen kepala daerah. Meskipun terbukti efektif, karena masih tergolong teknologi baru maka masyarakat tetap harus menjaga lingkungan agar terhindar dari nyamuk dengan melakukan metode 3M+ seperti menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan mengubur barang bekas yang dapat menampung air, plus mencegah atau menghindari gigitan nyamuk seperti dengan pemakaian kelambu atau dengan obat nyamuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun