Kreativitas pada manusia menghasilkan seni. Ada beberapa variabel yang mendorong seni, baik intrinsik maupun eksternal. Salah satu yang disebut penyangga budaya ini adalah komunitas tempat seni hadir, baik dalam arti kolektif atau komunal dan atas nama orang atau individu. Keberadaan dan pertumbuhannya dipengaruhi oleh keberadaan penyangga budaya tersebut.Â
Pada kenyataannya, penonton sering berperan dalam seni sebagai penonton yang dituju untuk pesan yang ingin digambarkan oleh seniman. Jika dilihat dari satu sisi, yaitu keterikatan penonton dengan sebuah karya seni, secara otomatis atau tidak langsung mempengaruhi faktor lain yang terlibat.
Dalam sistem produksi seni pertunjukan, komponen pendukung dan pendukung produksi meliputi aspek artistik dan non-artistik.Â
Orang-orang yang memiliki bakat dan kompetensi di bidang seni, seperti pemain, pemusik, pemain panggung, teknisi lighting, ahli tata suara, dan lain-lain, merupakan pendukung kegiatan kreatif. Pendukung non-seni termasuk orang-orang yang bekerja di bidang selain seni, seperti sekretaris, hubungan masyarakat, transportasi, penginapan, dan peralatan (Jazuli, 1999). Dengan ini, kita dapat mengalihkan pemikiran kita untuk mengeksplorasi salah satu aspek dari masalah seni, yaitu manajemen sebagai masalah non-seni (non-artistik).
Berikut adalah beberapa aspek penting dalam pengelolaan seni pertunjukan:
1. Perencanaan produksi: Ini melibatkan penentuan tema, konsep artistik, jadwal produksi, dan anggaran untuk pertunjukan. Pengelola seni pertunjukan harus bekerja sama dengan produser, sutradara, koreografer, musisi, dan tim kreatif lainnya untuk mengembangkan rencana produksi yang komprehensif.
2. Pengorganisasian: Pengelola seni pertunjukan bertanggung jawab untuk mengatur semua aspek produksi, termasuk perekrutan dan pengelolaan staf, jadwal latihan, pemilihan tempat pertunjukan, perencanaan promosi, dan koordinasi teknis. Mereka juga harus memastikan semua persyaratan produksi terpenuhi, seperti penyewaan peralatan, desain set, pembuatan kostum, dan persiapan lainnya.
3. Keuangan: Pengelola seni pertunjukan bertanggung jawab untuk mengelola anggaran dan keuangan produksi. Mereka harus memastikan penggunaan dana yang efisien dan mengelola pendapatan serta pengeluaran dengan hati-hati. Ini melibatkan perencanaan anggaran, pemantauan biaya produksi, negosiasi kontrak, pengelolaan tiket, dan pencarian sponsor atau pendanaan tambahan.
4. Pemasaran dan promosi: Untuk menarik penonton, pengelola seni pertunjukan perlu melakukan kegiatan pemasaran dan promosi yang efektif. Ini termasuk merancang strategi pemasaran, mengelola kampanye iklan, berkolaborasi dengan media, menciptakan materi promosi seperti brosur atau poster, dan menggunakan media sosial dan platform digital untuk mencapai khalayak yang lebih luas.
5. Manajemen acara: Pengelola seni pertunjukan harus memastikan bahwa acara berjalan lancar. Mereka harus mengoordinasikan jadwal latihan, penataan panggung, suara dan pencahayaan, penjualan tiket, dan semua aspek teknis lainnya. Mereka juga harus bekerja sama dengan pihak venue atau tempat pertunjukan untuk memastikan ketersediaan fasilitas dan kebutuhan teknis terpenuhi.
6. Manajemen risiko: Dalam pengelolaan seni pertunjukan, pengelola juga harus mengidentifikasi dan mengelola risiko yang terkait dengan produksi. Ini meliputi aspek hukum, asuransi, keamanan, dan keselamatan baik bagi para seniman maupun penonton. Pengelola harus memastikan bahwa semua izin dan peraturan terpenuhi, dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi risiko potensial.